3 Fakta Supermoon 5 November 2025: Jarak Terdekat, Bulan Tampak Lebih Besar & Terang

Shopee Flash Sale

Supermoon pada 5 November 2025 merupakan fenomena Bulan Purnama yang terjadi ketika Bulan berada pada jarak paling dekat dengan Bumi tahun ini. Pada momen tersebut, Bulan tampak hingga 14 persen lebih besar dan lebih terang dibandingkan Bulan saat jarak terjauh (Apogee) pada 13 April 2025.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), masyarakat Indonesia bisa mengamati Supermoon mulai setelah Bulan terbit pada sore hari menjelang malam. Puncak fase Purnama diperkirakan terjadi pada pukul 20.19 WIB, saat jarak Bumi-Bulan sekitar 356.980 km.

1. Bulan Tampak Lebih Besar dan Terang

Supermoon terjadi apabila Bulan mencapai titik Perigee dalam orbit elipsnya, yakni titik terdekat antara Bulan dan Bumi. NASA menjelaskan bahwa pada saat perigee, Bulan hanya berjarak sekitar 363.300 km dari Bumi, berbeda jauh dengan apogee yang menjangkau hingga 405.500 km. Ukuran semi-diameter Bulan saat Supermoon 5 November 2025 adalah sekitar 16 menit 44,28 detik busur, lebih besar daripada semi-diameter 14 menit 42,65 detik busur pada saat Micromoon di bulan April.

Perbedaan ukuran ini membuat Bulan terlihat lebih besar dan cerah. Meski perbedaan ukuran 14 persen mungkin tidak terlalu kentara dengan mata telanjang, Bulan saat Supermoon bisa tampak hingga 30 persen lebih terang dibandingkan Bulan saat jarak terjauh.

2. Pengaruh Supermoon terhadap Pasang Surut Laut

Fenomena Supermoon juga berpengaruh signifikan terhadap pasang surut air laut. NASA menyatakan bahwa tarikan gravitasi Bulan yang meningkat saat berada di Perigee menyebabkan perubahan bentuk Bumi sedikit memanjang, terutama di khatulistiwa. Hal ini membuat kerasnya massa air laut bergelombang, menghasilkan pasang tertinggi sepanjang tahun.

Ketika Bumi, Bulan, dan Matahari hampir sejajar sempurna dalam fase Bulan Purnama seperti saat Supermoon, maka terjadi peristiwa pasang surut maksimum yang dikenal sebagai pasang perbani atau spring tide. NASA menjelaskan air lautan menggembung tidak hanya di sisi terdekat Bulan, tetapi juga sisi terjauh karena gaya gravitasi mempengaruhi seluruh massa air di permukaan Bumi.

3. Beragam Nama Supermoon di Berbagai Budaya

Selain fenomena ilmiahnya, Supermoon memiliki beragam nama dalam tradisi budaya Barat, khususnya di Amerika Utara. Nama-nama tersebut mencerminkan kondisi alam atau perilaku hewan pada periode Bulan Purnama November.

Beberapa julukan Supermoon musim gugur ini adalah Bulan Berang-Berang (Beaver Moon), Bulan Es (Frost Moon), dan Deer Rutting Moon yang mengacu pada musim kawin rusa. Julukan Bulan Berang-Berang muncul karena ini merupakan musim berang-berang membangun sarang dan persiapan untuk musim dingin. Pada era perdagangan bulu, bulan ini juga menandai waktu berburu berang-berang demi bulu tebalnya.

Informasi ini menegaskan Supermoon bukan hanya fenomena astronomi, tetapi juga bagian dari siklus hidup dan budaya manusia di berbagai belahan dunia.

Masyarakat Indonesia dianjurkan untuk memanfaatkan momen Supermoon pada 5 November 2025 sebagai kesempatan mengamati keindahan Bulan. Fenomena ini dapat diamati tanpa alat bantu, menjadikannya pengalaman edukasi dan hiburan yang menarik bagi semua kalangan. Supermoon merupakan pengingat akan keterkaitan Dinamika Bumi dan Bulan yang memengaruhi lingkungan hidup di sekitar kita.

Baca selengkapnya di: www.suara.com

Berita Terkait

Back to top button