Pada bulan April, sebuah eksperimen unik kembali menarik perhatian di dunia sains dan teknologi. Ilmuwan memperkenalkan generasi baru tikus yang "bermain" Doom, sebuah permainan video klasik, dengan kemampuan baru yang jauh lebih kompleks, yakni kemampuan menembak. Eksperimen ini menunjukkan kemajuan signifikan dari versi sebelumnya, yang hanya melibatkan navigasi sederhana di dalam game.
Pada percobaan awal, tikus diberi nama Carmack dan Romero, yang dilatih menggunakan bola berjalan untuk menggerakkan karakter di dalam koridor Doom dan menerima hadiah berupa air manis. Namun, kemampuan mereka sangat terbatas dan masih dipertanyakan apakah tindakan tersebut benar-benar dapat disebut "bermain game". Kali ini, versi terbaru memasukkan mekanisme trigger yang memungkinkan tikus menarik tuas untuk menembak, menambah dimensi interaksi yang lebih nyata dan kompleks.
Inovasi Perangkat dan Tampilan Visual
Versi terbaru dari eksperimen ini menggunakan layar AMOLED melingkar yang mengelilingi bidang pandang tikus untuk memberikan pengalaman visual yang imersif tanpa menghalangi fungsi alami seperti sensor kumis. Ketika tikus menabrak tembok dalam lingkungan virtual, mereka mendapatkan umpan balik berupa sentuhan udara lembut di hidung yang membantu mereka memahami batas permainan. Sistem sensor dan pelacak gerak bekerja secara eksternal untuk merekam pergerakan dan interaksi tikus secara akurat.
Mekanisme Menembak yang Didesain Khusus
Mekanisme tembaknya dirancang secara khusus berbentuk tuas tangan yang dapat ditarik tikus dengan kedua kakinya. Tuas ini dipasang dengan pegas kecil dalam rumah 3D printing dan dilengkapi rotary encoder untuk mendeteksi gerak, serta motor stepper untuk menjalankan fungsi trigger. Ini memungkinkan tikus untuk menentukan kapan melakukan tembakan, sehingga perilaku mereka dalam game tidak hanya soal navigasi, tapi juga aksi aktif menyerang target.
Tahap Adaptasi dan Pelatihan
Menurut Viktor Tóth, pemimpin proyek, tikus membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk beradaptasi dengan sistem tersebut. Meski pelatihan lanjutan belum selesai karena keterbatasan waktu, data awal menunjukkan keterlibatan tikus yang menjanjikan dalam operasi menggerakkan karakter dan menggunakan mekanisme tembak. Validasi perilaku penuh membutuhkan durasi pelatihan lebih lama agar dapat melihat tingkat penguasaan permainan secara menyeluruh.
Kolaborasi dan Sumber Terbuka
Pengembangan eksperimen ini merupakan hasil kolaborasi antara Tóth dengan insinyur listrik Sándor Makra, serta bantuan dokumentasi oleh Akos Blaschek untuk mempublikasikan proyek secara terbuka. Mereka menyediakan panduan detail bagi siapa saja yang ingin membangun perangkat realitas virtual bagi tikus sendiri dan melanjutkan riset terkait.
Dampak dan Prospek
Keberhasilan eksperimen ini membuktikan bahwa kemampuan tikus bukan hanya sekadar respons dasar, melainkan dapat dilatih untuk berinteraksi secara kompleks dalam lingkungan virtual. Dengan alat pendukung yang semakin maju, studi ini dapat membuka jalan bagi penelitian perilaku hewan, neuroteknologi, dan pengembangan interaksi manusia-mesin di masa depan.
Tikus yang dulunya hanya "berlari" di dalam Doom kini telah belajar untuk "berlari dan menembak". Meskipun tikus Carmack dan Romero telah tiada, sumbangsih mereka membuka jalan bagi generasi baru tikus yang mampu menguasai aksi dalam dunia virtual dengan lebih canggih. Eksperimen ini menunjukkan kemampuan adaptasi hewan serta kreativitas teknologi yang terus berkembang.
