Saya menjalankan perintah Linux yang seharusnya tidak pernah dijalankan. Perintah tersebut adalah “sudo rm -rf /” yang secara harfiah berarti menghapus semua file dan folder yang ada di direktori root secara paksa dan rekursif tanpa konfirmasi. Sebagai pengguna Linux berpengalaman, saya mengetahui bahaya fatal yang bisa ditimbulkan, tetapi saya melakukannya di mesin virtual Debian untuk eksperimen.
Tujuan utama percobaan ini adalah memahami reaksi sistem Linux modern terhadap perintah penghapusan total dan menguji kemampuan pemulihan menggunakan snapshot VirtualBox. Mesin virtual Debian yang digunakan cukup standar dengan dual-core CPU dan RAM 4GB, serta desktop ringan Xfce. Dengan lingkungan terisolasi, risiko kerusakan permanen dapat diminimalkan karena hanya bekerja di clone sistem.
Saat saya mengetik “sudo rm -rf /” di terminal, sistem segera menampilkan peringatan penting. Pesan tersebut memperingatkan keberbahayaan menjalankan operasi rekursif pada direktori root dan menyarankan untuk menambahkan opsi “–no-preserve-root” sebagai override jika tetap ingin melanjutkan. Ini menandakan adanya fitur keamanan dari versi GNU rm terbaru untuk mencegah penghapusan total secara tidak sengaja.
Kemudian saya menambahkan opsi “–no-preserve-root” dan mengeksekusi perintah tersebut. Akibatnya sistem tidak lagi mencegah penghapusan file di root. Sistem langsung mulai menghapus berkas secara menyeluruh tanpa konfirmasi. Di layar, desktop hilang dan hanya muncul layar hitam dengan kursor berkedip. Berbeda dengan pengalaman lama saya yang pernah menjalankan perintah serupa, kali ini lingkungan desktop dan shell tidak bertahan di memori.
Saya mencoba berganti antar terminal virtual dengan kombinasi tombol Alt + fungsi, tetapi tidak berhasil. Sistem sudah tidak responsif. Karena saya hanya menggunakan virtual machine, saya tidak panik dan segera mematikan mesin tersebut. Ini sesuai harapan karena perintah tersebut memang seharusnya membuat sistem tidak dapat digunakan lagi.
Untuk menguji pemulihan, saya menggunakan fitur snapshot VirtualBox yang sudah saya buat sebelumnya. Fitur ini memungkinkan mengembalikan kondisi mesin virtual ke titik waktu sebelum perintah berbahaya dijalankan. Setelah mengembalikan snapshot, mesin virtual berhasil boot kembali ke desktop Xfce Debian seperti semula tanpa kerusakan tersisa.
Eksperimen ini memberi pelajaran berharga tentang kekuatan sekaligus risiko Linux. Perintah rm yang sederhana dapat berakibat kerusakan total jika dijalankan secara tidak hati-hati. Namun sistem modern mulai memiliki mekanisme pengamanan untuk mencegah kesalahan fatal. Selain itu, kemampuan melakukan backup dan snapshot memungkinkan pemulihan dari kesalahan besar dengan cepat.
Berikut ini beberapa poin penting dari hasil percobaan saya:
1. Perintah “sudo rm -rf /” tanpa opsi tambahan saat ini akan dicegah dengan pesan error oleh GNU rm untuk melindungi sistem.
2. Tambahan opsi “–no-preserve-root” menghilangkan perlindungan tersebut dan memungkinkan penghapusan total file sistem.
3. Efek menjalankan perintah ini adalah hilangnya lingkungan desktop dan sistem yang menjadi tidak responsif.
4. Snapshot dan backup merupakan cara efektif untuk mengembalikan sistem setelah kerusakan besar.
5. Hati-hati dan periksa dua kali sebelum mengeksekusi perintah berpotensi merusak, terutama saat punya akses sebagai root.
Dalam dunia Linux, kebebasan yang besar datang bersamaan dengan tanggung jawab penuh atas apa yang kita lakukan di sistem. Percobaan ini menegaskan pentingnya perencanaan pemulihan sebelum mengambil tindakan yang berisiko. Dengan proteksi internal dan strategi backup yang tepat, pengguna dapat tetap merasa aman menjelajahi kemampuan penuh Linux tanpa takut merusak sistem utama mereka.
