
Seorang ahli robotika dari MIT, Rodney Brooks, yang juga ikut mendirikan iRobot, pengembang Roomba, menyatakan bahwa visi Elon Musk tentang robot humanoid sebagai asisten pribadi adalah “pure fantasy thinking.” Brooks menilai investasi besar dari perusahaan teknologi dan modal ventura dalam pelatihan robot humanoid tidak memberi hasil yang signifikan.
Brooks menyoroti kesulitan utama robot humanoid yang berhubungan dengan koordinasi dan kepekaan sentuhan. Sensor sentuh pada manusia sangat kompleks, dengan sekitar 17.000 mekanoreseptor di tangan, yang belum bisa ditiru oleh teknologi saat ini.
Tantangan Sensori dan Koordinasi Robot Humanoid
Para ahli robotika mengakui bahwa kemampuan indra sentuh manusia jauh lebih maju daripada apa yang dapat dicapai robot. Brooks menjelaskan tidak ada tradisi pengumpulan data sentuh yang memadai seperti pada pengenalan suara dan pengolahan gambar. Ia juga meragukan metode pelatihan robot yang banyak menggunakan video manusia melakukan tugas.
Menurut Brooks, pelatihan berdasarkan video ini tidak otomatis menghasilkan kemampuan koordinasi dan kelincahan yang tinggi pada robot humanoid. Ia mengusulkan agar dana dari investasi besar dialihkan sebagian ke para peneliti universitas untuk mempercepat kemajuan riset.
Kondisi Perusahaan iRobot dan Realita Industri Robotika
Perusahaan iRobot yang ditinggalkan Brooks mengalami kebangkrutan akibat penurunan nilai pasar dari $3,56 miliar menjadi sekitar $140 juta. IRobot kini akan diakuisisi oleh pabrikan dan kreditur utama asal Cina. Meskipun demikian, perusahaan menyatakan restrukturisasi tidak akan mempengaruhi produk yang sudah ada.
Di sisi lain, Musk mengklaim robot Optimus buatannya sudah bisa bekerja secara otonom di pabrik Tesla dan akan mulai dijual pada 2026. Perusahaan lain, Figure, berhasil mengumpulkan dana dan mendapat valuasi $39 miliar. Brooks tetap skeptis, melihat semua itu sebagai pemborosan besar yang tidak akan menghasilkan humanoid sepenuhnya.
Prediksi Brooks tentang Robot Masa Depan
Brooks percaya bahwa dalam 15 tahun ke depan robot yang sukses tidak akan benar-benar menyerupai manusia. Ia membayangkan robot dengan berbagai bentuk, seperti yang memiliki roda, banyak lengan, dan mungkin tangan lima jari. Meski begitu, masyarakat tetap akan menyebutnya “robot humanoid.”
Ia memperkirakan investasi besar saat ini akan menjadi sejarah yang dilupakan karena robot tersebut gagal menunjukkan performa yang layak. Menurutnya, dana besar yang dikeluarkan hanya untuk mencoba meningkatkan performa robot humanoid saat ini akan “lenyap” tanpa hasil berarti.
Pandangan yang Berbeda di Silicon Valley
Meskipun banyak yang optimis, skeptisisme terhadap masa depan robot humanoid tetap ada di kalangan para pakar. Beberapa perusahaan terus mendorong pengembangan meski masih banyak kegagalan dalam tugas sederhana, seperti berjalan menaiki tangga.
Secara keseluruhan, perdebatan ini menunjukkan bahwa mencapai robot asisten humanoid yang benar-benar canggih masih menghadapi berbagai hambatan teknis dan ilmiah signifikan. Pendekatan yang lebih fokus pada riset dasar, khususnya dalam sensorik dan koordinasi, tampaknya disarankan untuk mempercepat kemajuan teknologi ini.




