
Nvidia dikabarkan akan memangkas produksi seri GPU GeForce RTX 5000 secara signifikan pada paruh pertama tahun depan. Laporan dari sumber rantai pasok menyebutkan bahwa penurunan produksi ini mencapai 30-40% dibandingkan periode yang sama tahun ini.
Pengurangan pasokan tersebut diduga kuat akibat krisis suplai VRAM (video RAM) yang saat ini sedang berlangsung. Kenaikan harga dan kesulitan mendapatkan VRAM menjadi faktor utama yang memaksa Nvidia mengambil langkah tersebut.
Menurut laporan dari situs teknologi China Benchlife dan forum Board Channels, Nvidia akan mengutamakan produksi GPU untuk penggunaan AI dan perangkat kelas atas yang lebih menguntungkan. Hal ini berpotensi mengurangi jumlah GPU gaming yang bisa dijual ke pasar.
Salah satu dampak nyata adalah pengurangan produksi pada model seperti GeForce RTX 5070 Ti dan RTX 5060 Ti yang dilengkapi VRAM 16GB. Model-model kelas menengah ini menggunakan proporsi VRAM yang cukup besar, sehingga kurang menguntungkan dalam situasi kelangkaan memori.
Selain itu, rumor juga menyebutkan Nvidia mungkin akan berhenti menyediakan VRAM bersamaan dengan GPU saat memasok chipset ke mitra pembuat kartu grafis pihak ketiga. Jika benar, hal ini akan menyulitkan produsen kecil untuk mendapatkan komponen VRAM yang memadai.
Situasi ini juga menimbulkan ketidakpastian terkait rencana rilis model RTX 5000 Super atau varian refresh yang kabarnya akan membawa peningkatan kapasitas VRAM besar. Banyak pihak memprediksi peluncurannya bisa tertunda atau bahkan dibatalkan.
Berikut beberapa poin penting terkait rumor ini:
1. Nvidia berencana mengurangi produksi RTX 5000 hingga 30-40% pada paruh pertama tahun depan.
2. Penyebab utama adalah krisis dan kenaikan harga VRAM yang membuat pembuatan GPU gaming kurang efisien.
3. Model RTX 5070 Ti dan 5060 Ti terkena dampak paling besar karena penggunaan VRAM besar pada segmen menengah.
4. Nvidia bisa saja menghilangkan bundling VRAM saat memasok GPU kepada produsen pihak ketiga.
5. Rencana peluncuran RTX 5000 Super mengalami ketidakpastian, kemungkinan tertunda lama.
Krisis VRAM ini menjadi tantangan baru tambahan di dunia hardware PC. Setelah sempat dirundung masalah kelangkaan RAM, kini giliran GPU yang harus beradaptasi dengan kondisi pasokan komponen penting yang terbatas. Situasi ini diperkirakan akan mempengaruhi harga dan ketersediaan kartu grafis di pasar gaming selama beberapa waktu ke depan.
Bagi konsumen yang berencana membeli GPU terbaru, disarankan untuk terus memantau perkembangan dan bersiap menghadapi keterlambatan stok. Produsen dan reseller juga kemungkinan akan menyesuaikan strategi pemesanan sesuai dinamika pasokan VRAM.
Dengan kondisi pasar yang semakin kompleks ini, Nvidia tampaknya harus fokus mengelola prioritas produksi agar tetap mendukung produktivitas tinggi di segmen AI dan profesional, sekaligus menyeimbangkan kebutuhan gamer yang selama ini menjadi basis besar peminat produk mereka.




