
Persaingan ketat di pasar smartphone Android Asia semakin memanas pada bulan ini. Para produsen perangkat asli ponsel (OEM) berlomba-lomba menghadirkan inovasi terbaik demi merebut hati konsumen. Mari kita tinjau bagaimana kinerja OEM Android teratas di Asia dalam menghadapi kompetisi sengit ini.
Vivo: Pemuncak Inovasi dan Kamera Terbaik
Vivo mendapatkan nilai A+ berkat keunggulan kamera dan perangkat unggulannya, Vivo X300 Pro. Kamera Vivo dianggap sebagai yang terbaik dalam dua tahun terakhir, didukung dengan peluncuran OriginOS secara global yang meningkatkan pengalaman pengguna. Produk lipat mereka, X Fold 5, mampu bersaing langsung dengan Samsung Galaxy Z Fold 7, memperlihatkan kemampuan Vivo di segmen flagship dan mid-range.
OPPO: Peningkatan Konsistensi dan Ekspansi Pasar
OPPO meraih nilai A dengan perangkat seperti Find X9 Pro yang mendapat sambutan positif. OPPO menunjukkan kemajuan signifikan dalam inovasi foldable melalui Find N5 yang tetap kompetitif. Kembalinya OPPO ke pasar barat menjadi langkah strategis positif. Namun, kebutuhan ekspansi wearables ke pasar global masih menjadi catatan penting.
Huawei: Inovator Terdepan di Bidang Hardware
Huawei menonjol dengan nilai A, meskipun dibatasi oleh larangan perdagangan internasional. Mate XT dengan teknologi tri-folding dianggap sebagai inovasi paling mutakhir. Produk kamera zoom seperti Pura 80 Ultra dan Mate X7 menunjukkan keunggulan teknis Huawei. Meskipun perangkat lunak belum menyamai pesaing, ekosistem Huawei berkembang pesat dengan smartwatch Watch Ultimate 2 dan MatePad Pro.
POCO: Pendatang yang Berani di Pasar Premium
POCO mendapatkan nilai B dengan produk seperti F7 Ultra dan F8 Ultra yang berkompetisi di segmen harga $700. Perangkat ini menunjukkan fokus pada kualitas kamera dan performa yang baik. Namun, ketidakhadiran F8 Ultra di pasar India menjadi kelemahan yang menguntungkan pesaing Realme. Masalah perangkat lunak masih menjadi pekerjaan rumah utama bagi POCO.
Realme: Perkembangan Menjanjikan dengan Kolaborasi Strategis
Dengan nilai B, Realme menunjukkan kemajuan berkat kerja sama dengan Aston Martin F1 dan Ricoh, meningkatkan nilai perangkat seperti GT 7 Pro dan GT 8 Pro Dream Edition. Realme kini menjadi andalan dalam peluncuran edisi terbatas dalam ekosistem BBK, menggantikan posisi OnePlus. Upaya ini meningkatkan citra merek dan menarik perhatian konsumen.
Honor: Kualitas Kamera Mengalami Inkonstansi
Honor mendapatkan nilai C karena meskipun banyak meluncurkan perangkat, kualitas perangkat lunak dan kamera kurang konsisten. UI Honor masih memiliki sisa EMUI yang membuat pengalaman pengguna kurang mulus. Merek ini ingin bersaing dengan Google dan Samsung, tetapi belum mampu menyaingi vivo dan OPPO dalam hal inovasi kamera.
Xiaomi: Membutuhkan Reposisi Strategi Mendalam
Xiaomi juga menilai C, dimana peluncuran Xiaomi 15 series cukup kuat, tetapi Redmi Note 14 Pro Plus masih mengecewakan. Ketiadaan peluncuran global untuk model Xiaomi 17 membuat posisi Xiaomi kurang kompetitif dibandingkan Vivo dan OPPO. Permasalahan perangkat lunak yang berulang serta visi ekosistem yang kurang jelas membayangi langkah Xiaomi.
ASUS: Kurang Menarik Karena Pembaruan Software Terbatas
ASUS mendapat nilai D walaupun perangkat keras mereka solid. Kebijakan pembaruan yang hanya mendukung dua platform update membuat minat konsumen menurun. Kuatnya kompetitor dengan software yang lebih baik membuat ASUS kehilangan daya tarik di pasar.
OnePlus: Penurunan Drastis dan Ketidakpastian Masa Depan
OnePlus mengalami masa sulit dan mendapat nilai F. Perangkat utama seperti OnePlus 15 justru mengalami penurunan kualitas, bahkan 15R dianggap kemunduran karena tidak memiliki lensa telefoto dan harga tinggi $699. Fokus OPPO pada merek OnePlus tampak menurun, sebagian besar inovasi dan kemitraan sudah diintegrasikan ke merek lain.
Di tengah persaingan sengit, Vivo, OPPO, dan Huawei menjadi pemimpin yang menawarkan inovasi hardware dan pengalaman pengguna terdepan. Sementara itu, merek seperti POCO dan Realme menunjukkan tren positif dengan produk mid-range dan kolaborasi strategis. Xiaomi, Honor, ASUS, dan terutama OnePlus masih berjuang dengan berbagai tantangan mulai dari perangkat lunak hingga kebijakan pasar. Dinamika kompetisi ini menandakan bahwa pasar smartphone Asia akan terus berubah serta mendorong setiap produsen untuk berinovasi lebih agresif lagi.





