Clean code merupakan konsep awal yang membuat banyak pengembang merasa profesional. Namun, bila dipraktikkan secara berlebihan, clean code bisa menjadi penghambat produktivitas dan inovasi.
Dampak Over-Engineering dalam Clean Code
Sering kali, pengembang mulai menulis kode bukan hanya untuk menyelesaikan masalah saat ini, tapi juga untuk mengantisipasi segala kemungkinan di masa depan. Misalnya, sebuah fungsi sederhana bisa berkembang menjadi pemisahan berlapis-lapis dengan banyak abstraksi, hanya untuk berjaga-jaga kebutuhan yang belum pasti. Contohnya adalah proses formatting tanggal yang sederhana menjadi sebuah sistem kompleks dengan interface, implementasi, factory, dan dependency injection. Pada akhirnya, kode jadi terlihat bersih secara teknis, namun malah berat dan sulit dikembangkan.
Perfectionism Paralysis yang Menghambat Keputusan
Prinsip clean code seharusnya mempercepat kerja, tapi keinginan membuat kode sempurna justru membuat pengembang ragu-ragu sebelum menulis kode. Mereka terlalu fokus memperbaiki hal-hal kecil seperti nama variabel atau fungsi yang terlalu besar, bahkan saat kode itu sudah berfungsi. Ini sering terjadi pada tahap awal pengembangan fitur, di mana belum ada validasi kebutuhan nyata dari pengguna. Kode ideal justru lahir dari iterasi dan penggunaan nyata, bukan dari perencanaan sempurna diawal.
Pengaruh pada Kreativitas Pengembang
Aturan clean code yang terlalu kaku dapat membatasi cara berpikir pengembang. Fokus berpindah dari "bagaimana menyelesaikan masalah paling sederhana" menjadi "bagaimana membuat struktur kode paling benar." Ini bisa mematikan ide-ide baru, terutama saat melakukan eksperimen, prototipe cepat, atau spike coding. Dalam dunia kompetitif seperti competitive programming, kode yang efektif lebih dihargai daripada kode yang rapi, karena fokus utamanya adalah solusi cepat dan efisien.
Kode Imperfect yang Dikirim Lebih Berharga daripada Kode Sempurna yang Tertunda
Fakta penting adalah kode terindah sekalipun tidak akan memberikan nilai jika tidak pernah digunakan. Obsesi terhadap clean code terkadang menimbulkan penundaan pengiriman kode. Pengembang menunda merge branch atau menyelesaikan proyek karena ingin kode terlihat sempurna. Padahal pengguna tidak peduli apakah kode mengikuti prinsip SOLID atau tidak, melainkan apakah fitur itu menyelesaikan masalah mereka. Banyak produk sukses lahir dari kode awal yang penuh duplikasi dan keputusan yang tidak ideal, karena penting bagi pengembang untuk belajar dari umpan balik nyata.
Pedoman Penting untuk Menggunakan Clean Code dengan Bijak
- Gunakan clean code sebagai alat bantu, bukan standar moral mutlak.
- Fokus pada pengiriman fitur yang berfungsi terlebih dahulu.
- Perbaiki dan refaktor kode setelah mendapat umpan balik dari pengguna.
- Hindari over-engineering dengan hanya mengatasi masalah nyata yang dihadapi.
- Berikan ruang untuk eksperimen dan ide kreatif tanpa terlalu terikat aturan kaku.
Dengan memahami bahwa clean code adalah keterampilan yang membantu membuat sistem lebih mudah dipahami dan dikembangkan, pengembang harus menghindari menjadikannya penghalang. Clean code yang efektif adalah clean code yang didukung oleh siklus iterasi dan feedback yang berkelanjutan, bukan kode yang sempurna sebelum mulai digunakan.
