Advertisement

Bahaya Tersembunyi dari SSD yang Tidak Terhubung ke Daya: Risiko dan Cara Mengatasinya

Solid State Drive (SSD) memang unggul dalam hal kecepatan transfer data dan kinerja penyimpanan yang cepat. Namun, menggunakan SSD sebagai media penyimpanan cadangan jangka panjang tanpa daya adalah keputusan yang sangat berisiko. Data yang disimpan pada SSD yang tidak diberi daya dalam waktu lama dapat mengalami penurunan kualitas, bahkan hilang tanpa peringatan sebelumnya.

SSDs menyimpan data melalui muatan listrik di sel flash NAND. Ketika SSD aktif dan digunakan secara rutin, mekanisme koreksi dan pemeliharaan internal mampu memperbaiki kerusakan kecil dan menjaga integritas data. Jika SSD ditinggalkan dalam kondisi tanpa daya untuk waktu lama, proses perlindungan data ini tidak berjalan, memperbesar risiko kerusakan data secara permanen.

Mengapa SSD Tidak Cocok untuk Arsip Jangka Panjang

Penurunan retensi data pada SSD terjadi seiring dengan meningkatnya siklus Program-Erase (PE cycle). Western Digital dan manufaktur lainnya mengonfirmasi bahwa kualitas penyimpanan data dapat menurun ketika SSD tidak digunakan, karena proses pemeriksaan error yang biasanya berjalan saat aktif tidak terjadi saat perangkat mati. Sebagai contoh, eksperimen pengujian SSD secara berkala selama dua tahun oleh YouTuber HTWingNut menunjukkan bahwa SSD berbasis TLC yang telah digunakan secara intensif sebelum disimpan tanpa daya mengalami korupsi data setelah masa penyimpanan tanpa pemakaian.

Meski ukuran sampel percobaan tersebut terbatas, riset dari Backblaze yang melibatkan 3.144 SSD mengindikasikan tingkat kegagalan tahunan (AFR) sebesar 0,90% pada drive yang aktif digunakan. Hal ini menegaskan bahwa kondisi penyimpanan membawa risiko tinggi bagi SSD yang tidak aktif, terutama apabila dibiarkan lama dalam kondisi tanpa daya.

Risiko Menjadikan SSD Sebagai Media Cadangan Tunggal

Pengguna yang mengandalkan SSD sebagai satu-satunya backup sering tidak menyadari risiko korupsi data secara diam-diam. Pada saat akan mengakses lagi, drive mungkin terlihat terpasang normal, namun file dalamnya sudah rusak atau tidak dapat dipulihkan. Ada beberapa poin penting yang menyebabkan SSD tidak ideal untuk cold storage:

  1. Retensi data tanpa daya tidak menjamin keawetan, berpotensi menyebabkan backup corrupt.
  2. Kondisi penyimpanan seperti paparan suhu panas mempercepat degradasi sel NAND.
  3. SSD yang telah melewati batas siklus pemakaian TBW (Total Bytes Written) berpotensi lebih rentan gagal.
  4. Kerusakan biasanya terjadi tanpa gejala jelas sampai data sudah tidak dapat diakses.

Meskipun banyak SSD yang awet bertahun-tahun, mempertaruhkan data penting pada perangkat yang tidak pernah dicek adalah risiko yang tak patut diabaikan.

Alternatif Media Penyimpanan Untuk Backup Jangka Panjang

Mengikuti aturan backup 3-2-1 menjadi kunci utama menjaga keamanan data. Aturan ini menyarankan penyimpanan setidaknya tiga salinan data, di dua media yang berbeda, dan satu salinan harus disimpan di lokasi terpisah. Penggunaan hard disk drive (HDD) masih lebih disarankan untuk cold storage lokal karena teknologi yang lebih matang untuk penyimpanan jangka panjang, meski HDD juga tidak sempurna. Network Attached Storage (NAS) menjadi pilihan cerdas bagi penyimpanan data besar dan rutin, bahkan bisa memanfaatkan PC lama sebagai NAS untuk efisiensi biaya.

Jika tetap menggunakan SSD, pastikan penggunaannya untuk cadangan aktif yang diperiksa berkala dan tidak hanya disimpan tanpa daya dalam jangka waktu lama.

Kapan SSD Masih Tepat Digunakan?

SSD sangat ideal sebagai perangkat penyimpanan kerja yang membutuhkan akses cepat. SSD biasanya digunakan untuk menyimpan file yang sering diakses, game, atau sebagai lapisan backup lokal dengan kecepatan transfer tinggi. Dalam konfigurasi NAS, SSD juga bermanfaat sebagai cache atau drive boot cepat. Meski begitu, pastikan kapasitas penyimpanan tidak penuh hingga hampir penuh karena dapat memperlambat kinerja SSD itu sendiri.

Perlindungan Data Saat Penyimpanan Jangka Panjang

Penting untuk aktif memantau kondisi media penyimpanan, termasuk SSD, selama periode cold storage. Melakukan pengecekan dengan menghidupkan SSD secara berkala, menjalankan verifikasi baca penuh, dan membandingkan checksum file dapat membantu mendeteksi kerusakan lebih awal. Alat SMART seperti CrystalDiskInfo bisa memberikan peringatan dini tanda-tanda kerusakan drive. Usahakan memisahkan lokasi penyimpanan supaya backup tidak tergantung pada satu perangkat atau lingkungan yang sama.

Penyimpanan data memang tidak pernah bebas risiko, tetapi dengan strategi backup yang terencana dan pemeliharaan media yang rutin, kemungkinan kehilangan data dapat diminimalkan secara signifikan. SSD adalah teknologi yang hebat, namun ketika digunakan sebagai cold storage tanpa daya, mereka menyimpan lebih banyak risiko daripada yang terlihat.

Berita Terkait

Back to top button