Supernova yang meledak pada April 2024 memberikan wawasan baru tentang karakteristik ledakan bintang. Gelombang kejut awal supernova tidak berbentuk bulat seperti yang selama ini diperkirakan, melainkan memanjang seperti buah zaitun.
Pengamatan ini dilakukan kurang dari 26 jam setelah supernova terdeteksi di salah satu galaksi terdekat. Para astronom dari berbagai negara bergerak cepat untuk merekam detik-detik pertama ledakan sebelum fenomena berubah.
Astrofisikawan Adam Burrows dari Universitas Princeton menyebut temuan ini sebagai salah satu pengamatan terpenting dalam studi supernova. Data yang diperoleh mendukung teori modern tentang bagaimana ledakan bintang bermassa besar terjadi.
Supernova terjadi ketika sebuah bintang raksasa kehabisan energi untuk menopang inti. Hal ini menyebabkan gravitasi menarik seluruh lapisan bintang ke pusat hingga struktur bintang runtuh.
Lapisan luar yang jatuh memantul dari inti, memicu gelombang kejut besar yang menembus permukaan bintang. Gelombang kejut tersebut menghasilkan cahaya sangat terang yang dapat terlihat dari Bumi.
Namun, bentuk dan dinamika gelombang kejut awal masih menjadi misteri bagi ilmuwan. Studi bentuk gelombang ini hanya bisa dilakukan dalam hitungan jam setelah ledakan, sebelum materi sekitar bintang mengganggunya.
Observasi menggunakan Very Large Telescope milik European Southern Observatory di Chili memanfaatkan teknik spektropolarimetri. Teknik ini menggunakan polarisasi cahaya untuk merekonstruksi bentuk awal gelombang kejut pada supernova.
Hasil pengamatan menunjukkan cahaya yang keluar dari permukaan bintang tidak memancar merata seperti bola. Sebaliknya, bentuknya memanjang menyerupai buah zaitun, menggambarkan ketidaksempurnaan ledakan.
Yi Yang, astronom dari Universitas Tsinghua, menjelaskan partikel cahaya pertama yang muncul menunjukkan bentuk asimetris ini. Temuan tersebut penting karena memberikan indikasi proses dalam inti bintang yang memicu ledakan.
Penelitian ini juga mendukung teori bahwa gelombang kejut supernova dipicu oleh neutrino, partikel subatomik yang memberi energi pada bagian dalam bintang. Neutrino memanaskan lapisan yang runtuh, mirip dengan proses air mendidih dalam panci.
Proses yang tidak beraturan dan asimetris ini menghasilkan gelombang kejut yang tampak memanjang, sesuai hasil pengamatan. Kondisi asimetris ini bertolak belakang dengan anggapan lama bahwa ledakan supernova bersifat simetris.
Adam Burrows menyatakan data ini membuka peluang besar untuk memahami lebih dalam mekanisme ledakan bintang. Pengamatan lanjutan dialami akan memperkaya kolaborasi antara teori dan bukti empiris di bidang astrofisika.
Studi supernova 2024 ini menyediakan data yang sangat berharga untuk model ledakan bintang dan evolusi kosmik. Dengan teknik pengamatan terbaru, para ilmuwan dapat meneropong lebih dekat ke proses pertama yang terjadi saat kematian bintang.
Dalam waktu dekat, penelitian supernova serupa diharapkan bisa memberikan gambaran lebih komprehensif soal fenomena astrophysical ini. Temuan tersebut juga berpotensi membantu menjawab pertanyaan mendasar tentang siklus hidup bintang dan pembentukan unsur-unsur alam.
Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com





