Internet Mati Massal! Layanan Cloudflare Down, Error 500 di Singapore dan Global, ChatGPT dan X Tumbang!

Shopee Flash Sale

Gangguan teknis pada infrastruktur inti internet yang dikelola Cloudflare menyebabkan pesan kesalahan internal server atau Error 500 muncul di berbagai situs web secara global. Masalah ini berdampak luas pada akses pengguna di berbagai wilayah strategis, termasuk potensi gangguan signifikan pada gerbang lalu lintas data di kawasan Asia seperti Singapura.

Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat ini mengonfirmasi adanya masalah yang tidak teridentifikasi yang menghalangi pengguna mengakses situs web pelanggan mereka. Insiden ini mengakibatkan pemilik situs kehilangan akses ke dasbor kinerja dan memicu lonjakan laporan kesalahan.

Indikasi dan Dampak Gangguan

Berdasarkan data dari pemantau lalu lintas jaringan, beberapa indikator utama gangguan teknis ini meliputi hal-hal berikut:

  1. Pengguna internet menemui halaman kosong atau pesan kesalahan 500 saat mencoba memuat situs web populer.

  2. Layanan besar seperti OpenAI (ChatGPT) dan media sosial X mengalami lonjakan waktu henti (downtime) secara bersamaan.

  3. Pemilik situs web tidak dapat memantau analitik atau melakukan penyesuaian konfigurasi melalui dasbor Cloudflare.

  4. Platform pelacak status seperti Down Detector turut mengalami kendala teknis akibat ketergantungan pada infrastruktur yang sama.

Penyebab Lonjakan Lalu Lintas

Seorang juru bicara Cloudflare mengungkapkan adanya lonjakan lalu lintas yang tidak biasa pada salah satu layanan mereka yang dimulai sekitar pukul 11.20 pagi waktu setempat. Lonjakan abnormal ini menyebabkan sebagian lalu lintas jaringan mengalami kegagalan proses saat melewati sistem keamanan mereka.

Meskipun sebagian besar lalu lintas layanan tetap berjalan normal, tingkat kesalahan yang tinggi terdeteksi di berbagai layanan Cloudflare. Tim teknis perusahaan saat ini mengerahkan seluruh sumber daya untuk memastikan lalu lintas data dapat kembali terlayani tanpa gangguan.

Investigasi mendalam sedang dilakukan untuk menemukan akar penyebab dari lonjakan lalu lintas tersebut setelah stabilitas jaringan pulih. Fokus utama saat ini adalah mitigasi kesalahan agar layanan dapat kembali diakses oleh pengguna di seluruh dunia.

Analisis Infrastruktur Internet

Profesor Alan Woodward dari Surrey Centre for Cyber Security menggambarkan Cloudflare sebagai “penjaga gerbang” yang memantau lalu lintas untuk menangkis serangan siber. Peran vital ini mencakup verifikasi pengguna manusia dan pertahanan terhadap serangan distributed denial of service (DDoS).

Woodward menyoroti betapa sedikitnya perusahaan yang menopang infrastruktur internet modern sehingga kegagalan satu entitas menjadi sangat mencolok. Ketergantungan pada segelintir penyedia layanan infrastruktur membuat dampak kerusakan terasa instan dan masif.

Graeme Stuart, Kepala Sektor Publik di perusahaan keamanan siber Check Point, menjelaskan bahwa pembekuan situs berita dan layanan pembayaran bukan disebabkan oleh kegagalan masing-masing organisasi. Hal ini terjadi karena satu lapisan teknologi yang menjadi tumpuan semua layanan tersebut berhenti memberikan respons.

Konteks Pemeliharaan dan Risiko Keamanan

Sebelum insiden terjadi, insinyur Cloudflare dijadwalkan melakukan pemeliharaan di pusat data Tahiti, Los Angeles, Atlanta, dan Santiago. Namun, belum ada kepastian apakah aktivitas pemeliharaan rutin ini memiliki korelasi langsung dengan gangguan global yang terjadi.

Sebagai langkah perbaikan sementara, perusahaan menonaktifkan layanan enkripsi bernama Warp di London untuk mengurangi beban jaringan. Pengguna di wilayah tersebut yang mencoba mengakses internet melalui Warp akan mengalami kegagalan koneksi selama proses perbaikan berlangsung.

Stuart menambahkan bahwa platform yang membawa lalu lintas data dunia dalam jumlah besar otomatis menjadi target utama serangan siber. Gangguan yang tidak disengaja sekalipun dapat menciptakan ketidakpastian yang kerap dimanfaatkan oleh peretas untuk mengeksploitasi kerentanan sistem.

Proses pemulihan layanan terus berjalan seiring upaya remediasi tim teknis untuk menstabilkan jaringan global yang sempat lumpuh. Insiden ini menambah daftar panjang kegagalan infrastruktur internet besar setelah kasus pemadaman Amazon Web Services (AWS) dan Microsoft Azure yang terjadi beberapa waktu sebelumnya.

Berita Terkait

Back to top button