Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal kuat bahwa kebijakan moneter pada 2026 akan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan strategi triple kebijakan utama meliputi suku bunga, stabilisasi nilai tukar, dan manajemen likuiditas yang pro-growth.
Perry menyatakan bahwa penurunan suku bunga masih memungkinkan. Setelah memangkas BI Rate sebanyak enam kali dengan total 150 basis poin menjadi 4,75% sepanjang 2024-2025, BI akan terus memantau kondisi inflasi dan ekonomi untuk menetapkan langkah selanjutnya.
Pelonggaran Suku Bunga Berkelanjutan
Menurut Perry, ruang untuk pemangkasan suku bunga masih terbuka karena inflasi diprediksi tetap rendah dan terkendali. Namun, penurunan suku bunga akan dilakukan secara berhati-hati berdasarkan data bulanan mengenai inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nilai tukar.
BI akan terus berupaya menjaga keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas makroekonomi. Kebijakan suku bunga yang fleksibel diharapkan memperkuat sektor riil dan meningkatkan investasi.
Banjir Likuiditas Double Digit untuk Dongkrak Ekonomi
Salah satu langkah utama BI pada 2026 adalah ekspansi likuiditas besar-besaran. Perry menargetkan pertumbuhan uang primer atau primary money di atas 10% mulai Desember 2025 dan sepanjang tahun depan. Strategi ini bertujuan agar likuiditas yang mengalir ke perbankan dapat menembus sektor riil.
Tiga jalur utama digunakan BI untuk menambah likuiditas:
- Pengurangan posisi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dari Rp920 triliun menjadi sekitar Rp700 triliun. Penurunan ini setara suntikan likuiditas lebih dari Rp200 triliun ke pasar.
- Pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder senilai Rp327,45 triliun sepanjang 2025 untuk mendukung operasi moneter.
- Pemberian remunerasi 3,5% bagi bank yang menempatkan kelebihan likuiditas (excess reserve) di BI sebagai insentif agar lebih aktif menyalurkan kredit.
Sinergi Kebijakan Moneter dan Fiskal
Perry menegaskan likuiditas besar-besaran dari bank sentral hanya efektif jika didukung oleh kebijakan fiskal yang ekspansif. BI berkoordinasi erat dengan Kementerian Keuangan agar aliran dana tersebut benar-benar dapat mendorong aktivitas ekonomi riil secara optimal.
Selain itu, BI juga akan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian global. Intervensi dilakukan secara kontinu di pasar Non-Deliverable Forward (NDF), spot, dan pasar sekunder SBN, baik di pasar domestik maupun internasional.
Langkah strategis ini mengindikasikan BI telah memasang target kuat agar kebijakan moneter dapat berperan sebagai katalis pertumbuhan ekonomi pada 2026. Fokus pada stabilitas dan ketersediaan likuiditas diharapkan membantu sektor riil bangkit dengan optimal.
Baca selengkapnya di: finansial.bisnis.com





