Presiden Libanon, Joseph Aoun, menegaskan negaranya tidak ingin terlibat dalam perang baru dengan Israel. Pernyataan ini disampaikan saat pertemuan dengan delegasi Dewan Keamanan PBB di Beirut pada Jumat, 5 Desember 2024.
Sikap tersebut muncul menjelang dimulainya pembicaraan mekanisme gencatan senjata antara perwakilan sipil Libanon dan Israel. Ini menjadi langkah diplomatik penting setelah beberapa dekade ketegangan yang berkepanjangan.
Komitmen Libanon terhadap Perdamaian
Joseph Aoun menegaskan rakyat Libanon telah cukup menderita akibat konflik yang terjadi. "Rakyat tidak ingin kembali berperang, mereka sudah cukup menderita dan tidak ada jalan untuk kembali," ujarnya.
Aoun juga menyampaikan komitmen pemerintah untuk mengutamakan perdamaian dan menata ulang keamanan domestik di Libanon. Salah satu usaha yang sedang dijalankan ialah pelucutan senjata kelompok-kelompok bersenjata non-negara.
Presiden Aoun meminta dukungan internasional terhadap Angkatan Bersenjata Libanon (LAF). LAF tengah menjalankan rencana pemerintah yang menargetkan tahap pertama pelucutan senjata rampung sebelum akhir tahun.
Penolakan Hizbollah terhadap Pelucutan Senjata
Meskipun pemerintah menempuh jalur diplomasi damai, pimpinan Hizbollah, Naim Qassem, menolak rencana pelucutan senjata. Dalam pidato televisi, Qassem menyatakan langkah tersebut adalah “kesalahan tambahan” dan tidak akan menghentikan agresi lawan.
Qassem mengatakan, keputusan pemerintah yang menugaskan LAF untuk melucuti Hizbollah pada Agustus lalu adalah keputusan keliru. Dia menegaskan sikap Hizbollah tetap keras menghadapi Israel.
Situasi Ketegangan di Perbatasan Selatan
Gencatan senjata yang disepakati November 2024 bertujuan mengakhiri lebih dari setahun ketegangan antara Israel dan Hizbollah. Namun, serangan oleh Israel di wilayah Libanon selatan masih terus terjadi.
Israel juga mempertahankan pasukan di lima area strategis di kawasan perbatasan selatan Libanon. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran akan kembali meningkatnya konflik bersenjata di wilayah tersebut.
Upaya Diplomatik dan Dukungan Internasional
Pemerintah Libanon mendorong PBB untuk meningkatkan tekanan diplomatik agar Israel menjalankan gencatan senjata secara penuh. Libanon berharap Dewan Keamanan PBB memberikan tekanan lebih kuat kepada Israel.
Delegasi Dewan Keamanan PBB sebelumnya mengunjungi Damaskus dan melanjutkan kunjungan ke Beirut. Mereka juga dijadwalkan meninjau wilayah perbatasan selatan Libanon dengan didampingi utusan Amerika Serikat, Morgan Ortagus.
Langkah-Langkah Pemerintah Libanon untuk Perdamaian
- Menjalankan rencana pelucutan senjata kelompok bersenjata non-negara dengan dukungan LAF.
- Mendorong dialog damai dan mekanisme gencatan senjata bersama Israel.
- Melibatkan komunitas internasional, khususnya PBB dan negara-negara terkait, untuk menekan Israel mematuhi gencatan senjata.
- Memperkuat keamanan domestik demi menjaga stabilitas wilayah.
Presiden Joseph Aoun menegaskan bahwa Libanon memilih jalur damai serta diplomasi sebagai jalan keluar dari konflik yang telah lama terjadi. Pernyataan ini menjadi sinyal kuat bagi komunitas internasional bahwa Libanon ingin stabilitas dan menghindari peperangan baru di kawasan.
Sementara itu, tantangan utama tetap adanya kelompok bersenjata seperti Hizbollah yang menolak pelucutan senjata, yang dapat menghambat upaya perdamaian Libanon secara menyeluruh. Pemerintah dan pasukan keamanan Libanon harus menemukan keseimbangan antara menjaga keamanan nasional dan mendukung proses rekonsiliasi wilayah.
Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com