Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles mengungkapkan pandangannya tentang Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam wawancara dengan majalah Vanity Fair. Wiles menyebut Trump memiliki "kepribadian seorang pecandu alkohol," meskipun sang presiden sendiri tidak mengonsumsi alkohol. Pernyataan ini menjadi sorotan tajam di tengah pencalonan dan masa jabatan Trump yang kedua, membuat publik dan pengamat politik menyoroti kepribadian pemimpin AS tersebut.
Wiles, yang menjadi wanita pertama menjabat sebagai Kepala Staf Gedung Putih, memainkan peran penting dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 2024. Meski mendapat pujian dari Trump sebagai sosok yang strategis dan kunci suksesnya, Wiles juga mengkritik sejumlah tokoh lain di pemerintahan, termasuk Wakil Presiden JD Vance dan taipan teknologi Elon Musk.
Pandangan Susie Wiles tentang Kepribadian Trump
Susie Wiles menjelaskan bahwa pengalaman masa kecilnya dengan ayah yang pecandu alkohol membantunya memahami tipe kepribadian tertentu. Ia mengatakan, "Pecandu alkohol yang berfungsi tinggi atau pecandu alkohol pada umumnya, kepribadian mereka menjadi lebih menonjol ketika mereka minum." Namun Wiles menegaskan bahwa Trump tidak mengonsumsi alkohol, melainkan memiliki perilaku dan sifat yang mengingatkan pada kepribadian pecandu alkohol.
Dia menambahkan bahwa Trump menjalankan kepresidenannya dengan pola pikir bahwa "tidak ada yang tidak bisa dia lakukan. Tidak ada, nol, tidak ada." Karakter keras kepala dan dominan ini terlihat sangat menonjol dalam interaksi dan kebijakan yang diputuskan presiden tersebut.
Wawancara yang Memicu Kontroversi
Pernyataan Wiles ini muncul dari serangkaian wawancara yang dilakukan selama setahun oleh jurnalis politik veteran Chris Whipple. Di artikel Vanity Fair, Wiles juga mengkritik Wakil Presiden JD Vance sebagai "teoris konspirasi" dan menggambarkan Elon Musk sebagai sosok yang "sangat aneh". Pandangan ini menimbulkan berbagai reaksi dari publik serta kalangan politik AS.
Namun, Wiles kemudian menolak artikel tersebut sebagai "tidak jujur" dan menuding majalah berusaha menjatuhkan reputasi tim Trump dengan menggambarkan narasi yang negatif. Ia menyatakan bahwa banyak konteks penting diabaikan dan pernyataannya dipotong sehingga menimbulkan kesan negatif yang tidak akurat.
Respons Donald Trump terhadap Pernyataan Wiles
Presiden Donald Trump membela Susie Wiles melalui wawancara dengan New York Post. Ia menyebut Wiles sebagai sosok "fantastis" dan menyarankan bahwa Wiles mungkin telah "ditipu" oleh cara penulisan artikel tersebut. Trump menganggap pendapat Wiles mengenai kepribadiannya mencerminkan pandangan yang pernah ia ungkapkan sendiri di masa lalu.
Trump pun menegaskan bahwa ia tidak bangun setiap hari untuk melakukan pembalasan, tetapi jika mendapat kesempatan untuk melakukan aksi terhadap lawan politik, ia akan memanfaatkannya. Pernyataan ini selaras dengan gambaran kerasnya gaya kepemimpinan Trump yang agresif dan penuh ambisi.
Peran Strategis Susie Wiles di Gedung Putih
Susie Wiles memiliki sejarah panjang dalam mendukung Trump, terutama dalam kampanye pemilihan presiden 2016 dan penggalangan dana melalui badan Save America. Usianya yang sudah 68 tahun tidak mengurangi perannya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di pemerintahan Trump masa jabatan kedua.
Pengalamannya selama bertahun-tahun dan keterlibatan dekat dengan Donald Trump menjadi modal penting dalam membentuk strategi pemerintahan dan kampanye politik. Namun, pernyataan Wiles yang kontroversial membuka diskusi tentang dinamika internal di balik layar Gedung Putih.
Fakta Pendukung Penting
- Susie Wiles adalah wanita pertama yang menjabat Kepala Staf Gedung Putih pada masa Presiden Trump.
- Wiles menilai kepribadian Trump menyerupai pecandu alkohol meski Trump tidak minum alkohol.
- Trump membela Wiles dan menyebutnya sebagai sosok kunci keberhasilannya.
- Wiles mengkritik beberapa tokoh lain, termasuk Wakil Presiden JD Vance dan Elon Musk.
- Pernyataan Wiles dimuat dalam artikel Vanity Fair hasil wawancara yang berlangsung selama setahun.
Artikel ini menunjukkan gambaran kompleks terkait kepribadian dan hubungan di dalam pemerintahan Donald Trump. Wiles dengan posisinya sebagai kepala staf memiliki pandangan kritis sekaligus mendukung terhadap sang presiden. Penilaian tentang pola pikir dan karakter Trump akan tetap menjadi bahan kajian penting dalam politik Amerika Serikat dan dunia internasional.
