Pasukan Israel dikabarkan akan melancarkan serangan udara baru ke Lebanon. Langkah ini menyusul pembangunan tembok yang melewati perbatasan Lebanon yang menuai protes dan laporan ke Dewan Keamanan PBB oleh Lebanon.
Media Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan rencana serangan terbatas itu akan menargetkan lokasi yang dianggap terkait dengan produksi senjata milik Hezbollah. Area yang menjadi sasaran antara lain Lembah Bekaa dan Beirut, sebagaimana dikutip The New Arab pada 16 November 2024.
Israel menilai beberapa fasilitas tersebut disembunyikan di bawah tanah dan berada di kawasan permukiman. Klaim ini dibantah keras oleh Lebanon dan Hezbollah yang menegaskan tuduhan tidak berdasar.
Menurut pejabat Israel, beberapa lokasi digunakan sebagai basis pengembangan rudal presisi. Namun, klaim tersebut belum pernah disertai bukti independen yang dapat diverifikasi secara internasional.
Diperkirakan Hezbollah memiliki puluhan ribu roket dan ribuan drone yang diproduksi sejak gencatan senjata terakhir di November 2023. Sementara itu, Israel masih melakukan serangan rutin hampir setiap hari yang telah menewaskan lebih dari 300 orang, termasuk warga sipil, menurut laporan.
Pasukan Radwan, unit elit Hezbollah, disebutkan Israel telah memulihkan kemampuan ofensifnya dan kembali ke wilayah dekat perbatasan. Namun, Lebanon membantah hal ini dan menegaskan hanya tentara Lebanon yang berada di selatan Sungai Litani sesuai Resolusi PBB 1701.
Hezbollah menolak keras klaim penguatan persenjataan dan pembangunan infrastruktur militer baru. Mereka menilai tuduhan tersebut sebagai upaya Israel untuk membenarkan serangan dan menimbulkan dalih konflik yang lebih besar.
Israel diketahui menduduki lima posisi strategis di Lebanon Selatan. Pos-pos ini diubah menjadi basis militer, sekaligus membangun tembok yang membentang dari area Gunung Dov di Ladang Shebaa hingga Ras Naqoura.
Menurut laporan militer Israel, setiap peluncur roket yang disita oleh tentara Lebanon di selatan Sungai Litani segera digantikan dengan peluncur yang lebih canggih di Bekaa. Hal ini menjadi alasan serangkaian serangan ke lokasi-lokasi tersebut.
Usaha untuk menghancurkan fasilitas yang dianggap milik Hezbollah terus dilakukan oleh pasukan Israel. Operasi terbaru dari Brigade 769 menghancurkan beberapa bangunan di desa Houla di mana perangkat peledak lama diklaim ditemukan.
Meski ada klaim dari Israel, seluruh tuduhan ini sulit dibuktikan secara independen oleh pihak ketiga. Pihak Lebanon dan Hezbollah menganggap tindakan Israel sebagai pelanggaran kedaulatan dan mengancam stabilitas kawasan.
Lebanon melaporkan pembangunan tembok tersebut ke Dewan Keamanan PBB sebagai bentuk protes terhadap pelanggaran wilayah yang dilakukan Israel. Mereka meminta komunitas internasional agar mengambil tindakan tegas untuk menghentikan agresi ini.
Ketegangan antara Israel dan Lebanon bertambah memanas dengan rencana serangan udara baru dan pembangunan tembok yang dianggap sebagai upaya aneksasi wilayah. Situasi ini berpotensi memperburuk konflik yang sudah berlangsung lama di perbatasan kedua negara.
Sementara itu, peran komunitas internasional sangat dibutuhkan untuk meredam eskalasi dan memastikan agar kedua pihak mematuhi kesepakatan gencatan senjata serta menjaga perdamaian kawasan. upaya mediasi dan pengawasan PBB menjadi kunci di tengah konflik yang terus berlanjut ini.
Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com