Peneliti Indonesia baru-baru ini menemukan mikroplastik dalam cairan ketuban dan urin ibu hamil. Temuan ini menandakan bahwa polusi plastik sudah berhasil memasuki rahim, yang selama ini dianggap sebagai ruang paling aman bagi janin.
Mikroplastik bisa masuk ke tubuh ibu hamil melalui beberapa jalur utama. Pertama, lewat udara yang kita hirup, karena partikel mikroplastik sangat kecil dan bisa terbawa bersama debu. Kedua, melalui makanan dan minuman yang dikemas dalam plastik, terutama saat dipanaskan yang menyebabkan pelepasan partikel plastik. Ketiga, kontak kulit melalui produk perawatan diri yang mengandung mikroplastik, walau kemungkinannya lebih kecil.
Hebatnya, penelitian juga menemukan bahwa mikroplastik bisa menembus plasenta. Padahal, plasenta berfungsi sebagai filter yang melindungi janin dari zat berbahaya. “Mikroplastik bahkan telah ditemukan pada plasenta manusia, mekonium (kotoran pertama bayi), dan jaringan janin,” jelas dr. Ganot Sumulyo, Sp.OG dari Fakultas Kedokteran IPB University. Ini menunjukkan paparan partikel plastik sudah terjadi sejak dalam kandungan.
Keberadaan mikroplastik di rahim membawa berbagai ancaman bagi janin. Pertama, partikel plastik dapat memicu peradangan dan stres oksidatif yang merusak sel janin. Kedua, mikroplastik berpotensi mengganggu aliran nutrisi penting dari ibu ke janin, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ketiga, bahan kimia tambahan dalam plastik seperti BPA dan phthalates bisa mengacaukan sistem hormon dan fungsi reproduksi.
Dampak ini bukan hanya masalah sesaat, tetapi juga tantangan kesehatan reproduksi generasi mendatang. Dr. Ganot menekankan bahwa masalah mikroplastik saat ini bukan sekadar isu lingkungan, melainkan ancaman serius yang berpotensi mempengaruhi kesehatan anak-anak sejak mereka berada dalam kandungan.
Untuk menghadapi masalah ini, edukasi dan kesadaran merupakan kunci utama. Ibu hamil dan masyarakat luas diimbau untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Cara sederhana yang bisa dilakukan antara lain:
1. Menghindari penggunaan botol plastik sekali pakai.
2. Tidak memanaskan makanan atau minuman di dalam wadah plastik.
3. Memilih produk dengan kemasan alternatif yang lebih aman.
4. Mengurangi paparan debu dan partikel mikroplastik di lingkungan sekitar.
Kesadaran akan bahaya mikroplastik harus mulai dimiliki sejak sekarang agar kita dapat melindungi generasi berikutnya dari risiko kesehatan yang serius. Perlindungan terbaik adalah dengan mengubah kebiasaan dan mengurangi penggunaan plastik yang berpotensi menjadi sumber polusi di dalam tubuh.
Penemuan mikroplastik dalam cairan ketuban dan urin ibu hamil ini menjadi peringatan serius bahwa pencemaran plastik sudah merambah ke ranah yang paling personal dan beresiko tinggi. Langkah-langkah preventif dan edukasi lebih lanjut sangat dibutuhkan demi menjaga kesehatan ibu dan calon bayi di Indonesia.
Baca selengkapnya di: www.suara.com