Cuaca Buruk Turunkan Daya Tahan Tubuh, Ini Penjelasan Ilmiah yang Perlu Diketahui

Fenomena cuaca buruk seringkali dikaitkan dengan penurunan daya tahan tubuh. Banyak orang mengalami mudah lelah dan rentan terkena flu saat suhu menurun atau cuaca menjadi dingin dan tidak menentu.

Selama ini, kondisi tersebut dipercaya terjadi karena orang lebih banyak berdiam diri di dalam ruangan sehingga memudahkan penularan virus. Namun, penelitian terbaru dari The Scientist mengungkap bahwa ada alasan biologis yang lebih dalam terkait melemahnya sistem imun saat cuaca buruk.

Pengaruh Suhu Dingin Terhadap Sistem Imun

Penurunan suhu udara berdampak langsung pada sistem kekebalan tubuh, khususnya di saluran pernapasan atas. Hidung, sebagai pintu gerbang utama masuknya virus, memiliki sistem pertahanan lokal yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu.

Saat menghirup udara dingin, suhu di depan rongga hidung menurun drastis. Kondisi ini mengganggu fungsi sel-sel pertahanan yang biasanya melindungi tubuh dari virus penyebab penyakit.

Selanjutnya, sel-sel di bagian depan hidung biasanya melepaskan vesikel ekstraseluler. Vesikel ini berperan mengikat virus dan membawanya ke belakang hidung untuk dikeluarkan oleh lendir.

Namun, pada suhu dingin, produksi vesikel ini menurun hingga hampir 42 persen. Selain berkurang jumlahnya, gerakan vesikel juga melambat sehingga respons imun menjadi kurang efektif.

Selain vesikel, sel-sel pemicu kekebalan juga melemah dalam mengeluarkan interferon saat suhu rendah. Interferon penting untuk menghambat replikasi virus dan memberi sinyal peringatan kepada sel lain.

Penurunan pelepasan interferon membuat pertahanan kimiawi tubuh melawan virus semakin lemah. Inilah alasan ilmiah mengapa cuaca dingin dan buruk membuat daya tahan tubuh menurun, terutama terhadap infeksi saluran pernapasan.

Peranan Kelembapan Udara dan Penyebaran Virus

Selain pengaruh suhu, kelembapan udara yang sering turun saat cuaca buruk turut memperparah risiko penularan virus. Udara yang kering memungkinkan partikel virus bertahan lebih lama di udara.

Ketika seseorang batuk atau bersin, partikel virus tidak cepat jatuh ke tanah dalam kondisi udara kering. Akibatnya, virus lebih mudah terhirup oleh orang lain di sekitar sehingga potensi penyebaran meningkat.

Faktor lingkungan ini melengkapi mekanisme biologis yang melemahkan sistem imun, sehingga tubuh jadi lebih rentan terkena infeksi saat cuaca buruk.

Pengaruh Perilaku dan Kekurangan Vitamin D

Perubahan perilaku saat cuaca buruk juga memengaruhi daya tahan tubuh. Orang cenderung menghabiskan waktu lebih lama di dalam ruangan dengan ventilasi terbatas.

Kondisi ini meningkatkan peluang kontak erat antarindividu dan mempermudah transmisi virus. Di samping itu, kurangnya paparan sinar matahari selama cuaca buruk mengurangi produksi vitamin D.

Vitamin D memiliki peran penting dalam mendukung sistem imun tubuh. Kekurangannya bisa membuat tubuh lebih lemah menghadapi infeksi, meski efeknya berbeda dengan pelemahan imun lokal di hidung.

Langkah Menjaga Daya Tahan Tubuh Saat Cuaca Buruk

Memahami mekanisme turunnya daya tahan tubuh akibat cuaca buruk dapat membantu kita mengambil langkah tepat menjaga kesehatan. Beberapa cara efektif yang dapat dilakukan adalah:

  1. Menjaga tubuh tetap hangat dengan mengenakan pakaian sesuai cuaca.
  2. Mengonsumsi makanan bergizi dan cukup cairan untuk mendukung sistem imun.
  3. Rutin membersihkan tangan dan menjaga kebersihan lingkungan untuk mengurangi paparan virus.
  4. Memastikan sirkulasi udara di ruangan tetap baik meski berada di dalam rumah.
  5. Memperhatikan asupan vitamin D dengan tetap berjemur saat matahari memungkinkan atau mengonsumsi suplemen sesuai anjuran medis.

Dengan langkah sederhana tersebut, risiko terserang penyakit selama musim hujan atau cuaca buruk dapat ditekan secara signifikan.

Penurunan daya tahan tubuh saat cuaca buruk bukan sekadar mitos. Fakta ilmiah menunjukkan peran suhu rendah, kelembapan udara, dan perubahan perilaku yang saling berinteraksi melemahkan sistem imun tubuh. Menjaga kesehatan tetap menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com
Exit mobile version