Angkatan Laut AS Adopsi AI, Teken Kontrak Rp7,4 Triliun dengan Startup Palantir

Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) resmi mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) dari startup Palantir melalui kontrak senilai US$448 juta atau sekitar Rp7,45 triliun. Kontrak ini bertujuan membawa inovasi AI ke sektor pembuatan kapal dan rantai pasok industri maritim AS, dengan proyek utama bernama ShipOS.

Sekretaris Angkatan Laut AS, John Phelan, menyampaikan bahwa investasi ini akan menyediakan alat berbasis AI yang dapat mengoptimalkan pekerjaan pembuat kapal secara real time. Semua pemasok dalam jaringan industri maritim juga akan terhubung melalui sistem logistik cerdas yang memaksimalkan efisiensi dan transparansi.

Transformasi Industri Maritim dengan AI

Program ShipOS tidak hanya mendorong percepatan produksi kapal, tetapi juga merombak fondasi industri maritim AS. John Phelan menegaskan bahwa manajer proyek akan memperoleh visibilitas lengkap terhadap jadwal, biaya, hingga risiko yang sebelumnya sulit dipantau secara terpadu.

Phelan menambahkan, “Kami membangun kapal lebih cepat sekaligus membuka era baru yang berfokus pada pemanfaatan AI demi daya saing nasional.” Prioritas utama ini didukung oleh anggaran Angkatan Laut AS sebesar US$292,2 miliar untuk tahun fiskal 2026.

Fokus Anggaran dan Prioritas Penguatan Rantai Pasok

Anggaran tersebut mencakup pembangunan 19 kapal tempur baru dan investasi khusus sebesar US$2,5 miliar untuk produsen kapal selam. Tujuan investasi ini adalah memperkuat serta meningkatkan kualitas rantai pasok untuk memenuhi standar tinggi Angkatan Laut.

Perangkat lunak dari Palantir akan mulai diterapkan di dua perusahaan pembuat kapal besar, tiga galangan kapal, dan 100 pemasok yang tergabung dalam Pangkalan Industri Maritim (MIB). MIB sendiri dibentuk pada 2024 untuk menghidupkan kembali kemampuan produksi dan perbaikan kapal di AS.

Keberhasilan Awal Penggunaan AI

Palantir sebelumnya sudah bekerja sama dengan MIB menggunakan perangkat lunak manufaktur bernama Warp Speed. General Dynamics Electric Boat, perusahaan yang menangani kapal selam nuklir AS, berhasil memangkas waktu perencanaan jadwal dari 160 jam menjadi kurang dari 10 menit.

Galangan Kapal Angkatan Laut Portsmouth juga mengalami kemajuan signifikan dengan memotong waktu peninjauan material dari hitungan minggu menjadi kurang dari satu jam. Data ini menunjukkan potensi besar AI untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi industri maritim.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Mike Gallagher, Kepala Pertahanan Palantir, menyatakan bahwa tantangan berikutnya adalah membuktikan manfaat sistem secara menyeluruh. “Kami harus menunjukkan bahwa sistem ini memberikan nilai nyata. Jika berhasil, perusahaan akan siap menanggung biaya pemeliharaan setelah program dua tahun berakhir,” ujarnya.

Setelah implementasi penuh, platform Foundry milik Palantir akan mengintegrasikan data dari berbagai sumber seperti ERP dan database lama. Sistem ini mampu mengidentifikasi hambatan, memperlancar alur kerja teknik, dan membantu mitigasi risiko secara proaktif.

Pandangan Analis dan Potensi Masa Depan

Analis Wedbush Securities, Dan Ives, menyebut kesepakatan ini sebagai tonggak penting bagi Palantir. Menurutnya, proyek ini merupakan ujian besar bagi platform Foundry dan Palantir diyakini mampu mengeksekusi proyek dalam skala besar dengan sukses.

Kesepakatan senilai Rp7,4 triliun ini menandai langkah strategis Angkatan Laut AS dalam memanfaatkan AI untuk memodernisasi kemampuan produksi kapal dan rantai pasok. Langkah ini sekaligus menegaskan komitmen pemerintah AS dalam menguatkan industri maritim di tengah persaingan global.

Baca selengkapnya di: teknologi.bisnis.com
Exit mobile version