Microsoft Word telah menjadi perangkat lunak pengolah kata dominan selama bertahun-tahun. Namun, banyak pengguna mulai lelah menghadapi berbagai masalah mendasar pada program ini yang tak kunjung diperbaiki secara signifikan.
Masalah mendasar dalam format dan tata letak
Inti masalah Word terdapat pada mesin pemformatannya yang tidak konsisten. Penulis artikel How-To Geek menyebutnya sebagai "hukum pertama Word": format dokumen tampak stabil sampai terjadi intervensi, lalu tiba-tiba format berantakan. Misalnya, pembungkus teks pada gambar seringkali tidak bekerja sesuai perintah meski ada kontrol tata letak yang ada. Pengguna sering kali melihat perubahan tak terduga pada gaya teks dan penomoran, hingga muncul pemisah halaman tanpa alasan yang jelas.
Antarmuka yang membingungkan dan kinerja lambat
Word menerapkan antarmuka pita (ribbon) modern sejak Office 2007 yang justru menambah kerumitan. Menu yang seharusnya mudah diakses berubah menjadi kelompok-kelompok padat dengan fungsi penting yang tersembunyi. Hal ini membuat pengguna terkadang harus menggunakan fitur pencarian agar bisa menemukan alat-alat sederhana. Tidak hanya itu, program ini juga cenderung lambat ketika file membesar akibat penyimpanan metadata berlebihan dan gambar beresolusi penuh. Perlu upaya tambahan seperti mengompres gambar agar ukuran file tetap kecil, yang seharusnya tidak diperlukan dalam perangkat lunak modern.
Sistem kerja seperti “kotak hitam” yang tidak terduga
Dokumen Word rawan mengalami korupsi tiba-tiba, terutama jika file berukuran besar, mengandung objek tertanam, atau menggunakan template dan add-in yang bermasalah. Meski ada fitur autosave, dokumen masih bisa rusak tanpa peringatan. Word tidak menyediakan tampilan kode sumber yang jelas seperti editor teks kode, sehingga proses diagnosis masalah sulit dan kurang transparan. Salah satu contoh kekacauan teknis adalah simbol pilcrow (¶) yang tak terlihat di akhir dokumen dapat menyebabkan masalah serius dan sering mengharuskan pengguna memindahkan semua konten kecuali simbol ini ke dokumen baru. Kejadian ini menunjukkan bagaimana ketidakstabilan Word sangat mengganggu produktivitas.
Alternatif yang lebih baik dan hemat biaya
Karena berbagai kelemahan Word, penulis artikel memilih beberapa alternatif seperti LibreOffice Writer yang memiliki kendali format dan tata letak lebih stabil serta Google Docs yang mengurangi risiko korupsi file melalui penyimpanan awan. Ada juga opsi ringan seperti FocusWriter dan AbiWord yang menyuguhkan antarmuka sederhana tanpa gangguan dan kinerja lebih responsif. Alternatif ini bahkan tersedia secara gratis dan dapat menghindarkan pengguna dari “biaya produktivitas” menggunakan Word.
Tanggapan pembela Word dan kritik mendalam
Pendukung Word sering mengklaim bahwa rumitnya software ini karena banyak fiturnya dan kesalahan merupakan bagian dari “fitur” yang harus dipelajari. Namun, fakta bahwa kesulitan dasar seperti stabilitas tata letak dan format telah berlangsung puluhan bulan tanpa perbaikan berarti ini adalah kegagalan desain. Harusnya aplikasi pengolah kata yang esensial tidak memerlukan pelatihan bertahun-tahun agar bisa berjalan stabil. Ketika pengguna terpaksa harus menghapus seluruh format bahkan menyalin teks ke aplikasi teks biasa untuk memperbaiki dokumen rusak, itu bukan tanda perangkat lunak canggih melainkan sistem yang rusak.
Dominasi Word bukan karena kualitas, tapi karena kebiasaan dan vendor lock-in
Meski Word masih digunakan jutaan pengguna setiap hari, keberadaannya lebih merupakan akibat inersia korporat dan rumitnya mengubah standar dokumen daripada inovasi teknis. Dominasi pasar tidak mencerminkan keunggulan produk, melainkan kekakuan ekosistem yang sulit diganggu oleh alternatif.
Menggunakan Word seharusnya tidak menjadi kewajiban yang berimbas pada banyak persoalan teknis dan kerja ekstra. Pilihan alternatif yang lebih efisien, stabil, dan hemat biaya kini semakin mudah diakses. Mengubah kebiasaan menggunakan perangkat lunak adalah langkah cerdas agar kerja menulis menjadi lebih efektif dan bebas stres.
