China telah memimpin jauh dalam perlombaan pembangunan robot humanoid dengan jumlah paten yang dikeluarkan lima kali lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat. Menurut laporan terbaru dari Morgan Stanley berjudul "Robot Almanac, Volume 3: Humanoids & Industrial Robots," dalam lima tahun terakhir China mengajukan 7.705 paten humanoid, sedangkan AS hanya 1.561 paten.
Jepang berada di posisi ketiga dengan 1.102 paten, disusul oleh Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) yang memiliki 1.100 paten. WIPO adalah badan khusus PBB yang berbasis di Jenewa dan bertugas mempromosikan kerja sama internasional dalam bidang kekayaan intelektual.
Keunggulan China dalam Rantai Pasokan Robot Humanoid
Morgan Stanley menyoroti keunggulan biaya yang dimiliki China dalam rantai pasokan robot humanoid. Mereka memperkirakan bahwa jika rantai pasokan untuk robot humanoid Tesla Optimus Gen 2 dibuat tanpa keterlibatan China, biaya pengembangan akan meningkat hampir tiga kali lipat.
Biaya aktuator—mekanisme penggerak sendi—akan melonjak dari sekitar US$22.000 menjadi US$58.000. Harga chip dan perangkat lunak juga naik dari US$3.000 menjadi US$7.000. Total biaya bahan untuk robot Optimus Gen 2 bisa membengkak dari US$46.000 menjadi US$131.000 tanpa kontribusi China.
Komponen hardware penting lain seperti tangan presisi, kaki robotik, sistem penglihatan, dan baterai juga akan mengalami kenaikan harga signifikan. Hal ini menegaskan peran vital China dalam menekan biaya produksi robot humanoid.
Dominasi dalam Instalasi Robot Industri
China juga menguasai 54 persen dari total instalasi robot industri global, lebih banyak daripada gabungan negara lain. Dominasi ini didorong oleh pertumbuhan pesat industri robot domestik yang semakin ekspansif.
Beberapa perusahaan besar China seperti BYD, Geely, Xpeng, NIO, Li Auto, Xiaomi, dan Midea aktif menguji coba dan menerapkan robot humanoid untuk kebutuhan pabrik dan logistik. Sebagai contoh, Midea baru-baru ini memperkenalkan robot industri humanoid dengan enam lengan yang akan mulai digunakan di pabrik mesin cuci di Wuxi pada akhir Desember.
Xpeng menargetkan penjualan satu juta robot humanoid pada tahun 2030 dan berencana memulai produksi massal pada akhir 2026. Ini menunjukkan visi ambisius China dalam mengejar pengembangan robotik.
Kolaborasi dan Dukungan Kebijakan
Dorongan China dalam bidang "kecerdasan berwujud" atau embodied intelligence didukung oleh kebijakan pemerintah dan kolaborasi publik-swasta. Inisiatif tersebut bertujuan untuk mempercepat inovasi dan penerapan robot humanoid di lingkungan industri.
Menurut Morgan Stanley, robot humanoid G1 milik Unitree Robotics saat ini adalah yang paling banyak digunakan di dunia. Unitree merupakan contoh perusahaan yang memanfaatkan kombinasi teknologi maju dan biaya efisien untuk memproduksi robot humanoid.
Proyeksi Adopsi Robot Humanoid Global
Analisis Morgan Stanley memproyeksikan bahwa hingga 1 miliar robot humanoid dapat digunakan secara global pada tahun 2050. Wilayah Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan menjadi pemimpin dalam adopsi luas teknologi ini.
Pertumbuhan pesat teknologi robotik humanoid ini membuka peluang besar untuk revolusi di sektor industri, manufaktur, dan logistik di seluruh dunia. China terlihat berada pada posisi paling strategis sebagai pusat inovasi dan produksi robot humanoid di masa depan.
Pentingnya Perkembangan Robot Humanoid
Dengan keunggulan paten yang besar dan biaya produksi yang kompetitif, China semakin mengukuhkan perannya sebagai pemain utama dalam dunia robotik humanoid. Inovasi dan adopsi teknologi ini akan merubah lanskap industri global.
Pengembangan robot humanoid tidak hanya soal teknologi, tetapi juga soal kebijakan, investasi, dan kerja sama yang solid. Ke depan, kiprah China dalam teknologi robot humanoid akan menjadi faktor penentu dalam kompetisi teknologi tinggi internasional.
