Motorola dan OnePlus menghadapi tahun penuh dinamika di industri teknologi mobile. Keduanya meraih sejumlah keberhasilan sekaligus menghadapi tantangan yang signifikan di pasar global dan terutama di Amerika Serikat.
Motorola: Strategi yang Berbuah Manis
Motorola menunjukkan bahwa posisi sebagai "underdog" memungkinkan ruang besar untuk berkembang. Di bulan Januari, mereka meluncurkan seri Razr 2025 yang sukses mencuri perhatian. Strategi menghadirkan tiga model berbeda, mulai dari Razr 2025 yang terjangkau hingga Razr Ultra 2025 yang premium, dinilai sangat tepat. Model Ultra bahkan disebut sebagai salah satu ponsel lipat terbaik tahun ini.
Desain menjadi fokus penting bagi Motorola. Mereka menggandeng Pantone untuk memperkaya warna dan material, termasuk kulit vegan, Alcantara, hingga sentuhan kayu, memberikan nilai estetika tinggi. Motor Edge 70 tampil tipis, sengit menantang Galaxy S25 Edge dan iPhone Air. Motorola membuktikan bahwa mereka bisa bersaing dengan pemain besar seperti Apple dan Samsung.
Namun, Motorola masih meninggalkan beberapa celah. Mereka belum menghadirkan flagship tanpa konsep ponsel lipat untuk pasar yang menginginkan ponsel konvensional berperforma tinggi. Meski ada Moto G Stylus 2025 di kelas menengah, flagship pengganti Edge Plus 2023 tidak muncul hingga saat ini.
Pengembangan ekosistem perangkat juga belum stabil. Walau menghadirkan smartwatch baru dan tablet maupun laptop, produk ini belum dipasarkan di AS. Dari sisi perangkat lunak, Hello UX tetap sederhana. Penggunaan AI seperti Look & Talk dan pilihan model AI cukup menarik, tetapi tidak sekompetitif One UI Samsung. Dukungan pembaruan software pun masih sangat terbatas, hanya menjanjikan update singkat dibanding kompetitor.
Secara keseluruhan, Motorola tampak nyaman dengan pencapaian tahun ini, tetapi belum memberikan inovasi software atau ekosistem hardware yang solid untuk mengikat pengguna lebih lama.
OnePlus: Inovasi dan Tantangan Pasar AS
OnePlus juga mengalami tahun yang menarik. Mereka tetap hadir meski popularitas dan pangsa pasar di AS menurun. Perusahaan ini meluncurkan perangkat menawan yang mampu bersaing dengan Samsung dan merek besar lain.
Awal tahun dimulai dengan OnePlus 13 yang mendapat pujian berkat kamera canggih, baterai besar, dan sertifikasi IP69. Kemudian hadir OnePlus 15, flagship kedua dalam setahun dengan prosesor Snapdragon 8 Elite Gen 5 serta baterai raksasa 7.300mAh. Ini menjadi keunggulan besar dibanding Samsung yang masih terbatas pada 5.000mAh di ponsel konvensional.
OnePlus juga unggul dalam membangun ekosistem perangkat. OnePlus Watch 3 hadir dengan desain elegan dan daya tahan baterai terpanjang di antara jam tangan Wear OS. Selain itu, OnePlus Pad 3 mendapat sambutan positif karena layar indah dan performa tinggi berkat Snapdragon 8 Elite, menantang dominasi Samsung di segmen tablet Android. Modernisasi software melalui OxygenOS 15 dan 16 membawa peningkatan performa dan AI yang terasa baik implementasinya.
Sayangnya, keterbatasan distribusi menyulitkan OnePlus tumbuh di pasar AS. Mereka mengabaikan pasar menengah dengan menghentikan seri Nord dan menaikkan harga OnePlus 15R. Tidak bekerjasama dengan operator seluler mempersempit akses konsumen AS ke produk mereka, membuat pangsa pasar semakin kecil.
Selain itu, OnePlus tidak melanjutkan inovasi di ranah foldable. Setelah sukses OnePlus Open tahun lalu, tidak ada penerus yang muncul. Padahal, ponsel lipat thin OPPO Find N5 yang menjadi contoh harapan bagi penggemar foldable, justru tidak diikuti oleh OnePlus.
Intinya, OnePlus memiliki potensi dan perangkat yang siap bersaing secara global. Namun, masalah ketersediaan produk dan strategi pasar membatasi dampaknya, khususnya di Amerika Serikat.
Perbandingan Motorola dan OnePlus
| Aspek | Motorola | OnePlus |
|---|---|---|
| Produk Unggulan | Razr Ultra 2025 (lipat), Edge 70 | OnePlus 13, OnePlus 15 |
| Inovasi Desain | Fokus CMF dengan Pantone, material unik | Desain elegan, baterai besar |
| Ekosistem Perangkat | Smartwatch terbatas, tablet & laptop belum ke AS | Watch 3 dan Pad 3 dengan daya tahan bagus |
| Software & AI | Hello UX sederhana, AI kurang konsisten | OxygenOS 15 & 16 dengan AI baik |
| Dukungan Update | Pembaruan terbatas dan singkat | Lebih konsisten dengan OS Oxygen |
| Tantangan Pasar | Kurangnya flagship non-lipat, ekosistem kurus | Distribusi terbatas, absen di mid-range |
| Keunggulan | Desain inovatif dan ponsel lipat menarik | Performa flagship dan ekosistem kuat |
Motorola dan OnePlus sama-sama menunjukkan kekuatan dalam perangkat keras dan desain. Namun, ketidaklengkapan ekosistem dan dukungan perangkat lunak masih menjadi pekerjaan rumah besar. Ke depan, keduanya perlu fokus menyatukan hardware, software, dan layanan AI yang lebih komprehensif.
Meski menghadapi rintangan, kedua merek ini tetap relevan di pasar global. Mereka terus berinovasi agar mampu bersaing melawan dominasi Apple, Samsung, dan Google. Bagaimana mereka mengatasi tantangan ini menjadi kunci keberhasilan berikutnya.
