Tren fibermaxxing tengah viral di berbagai media sosial sebagai gaya hidup yang mendorong konsumsi serat dalam jumlah tinggi. Banyak orang yang percaya bahwa konsumsi serat berlebih dapat membantu kesehatan pencernaan, penurunan berat badan, dan perbaikan kondisi kulit secara optimal.
Namun, para ahli gizi mengingatkan bahwa konsumsi serat yang berlebihan justru dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Mochammad Rizal, Ketua Divisi Kebugaran Indonesia Sport Nutritionist Association, menyampaikan bahwa gejala paling umum akibat kelebihan serat adalah rasa penuh atau begah setelah makan.
Rasa begah ini tidak selalu tanda kelebihan serat, karena bisa juga muncul akibat makanan berlemak atau porsi makan terlalu besar. Perubahan pola buang air besar menjadi indikasi lain, seperti peningkatan frekuensi hingga lima kali sehari atau justru sembelit.
Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kecukupan cairan dan jenis serat yang dikonsumsi. Rizal menambahkan, kelebihan serat juga bisa memicu kram ringan di perut karena fermentasi aktif yang menghasilkan lebih banyak gas di usus.
Meski demikian, serat memiliki banyak manfaat penting bagi kesehatan. Serat membantu mengontrol kadar gula darah dan kolesterol dengan memperlambat proses pencernaan, sehingga penyerapan gula berlangsung lebih stabil dan terkontrol.
Serat tak larut air yang terdapat pada oatmeal, sayur, dan biji-bijian juga dapat mengikat kolesterol, sehingga bermanfaat bagi individu dengan kadar kolesterol tinggi. Selain itu, serat berfungsi sebagai prebiotik untuk mendukung bakteri baik dalam saluran pencernaan.
Serat juga membantu tubuh merasa kenyang lebih lama dengan membuat proses pencernaan lebih lambat. Hal ini dapat membantu mengendalikan nafsu makan dan secara tidak langsung mendukung penurunan berat badan.
Mochammad Rizal menyarankan agar kebutuhan serat dipenuhi dari bahan makanan alami, terutama sayur dan buah-buahan dengan variasi warna. Contohnya sayuran hijau seperti bayam, kangkung, brokoli, dan sawi yang kaya serat dan nutrisi.
Selain itu, sayuran berwarna putih seperti bengkuang, mentimun, dan toge, serta sayuran ungu seperti terong dan sayur merah dari tomat juga penting untuk dikonsumsi. Sayur oranye seperti wortel juga menambah variasi kandungan gizi yang beragam.
Buah-buahan seperti alpukat, kelapa, dan buah dengan kulit yang dapat dimakan seperti apel, pir, dan sawo termasuk sumber serat yang baik. Kulit buah mengandung serat tambahan yang bermanfaat untuk pencernaan.
Kacang-kacangan dan polong-polongan, misalnya kacang merah, kacang hijau, kedelai, lentil, serta kacang polong merupakan sumber serat yang kaya. Begitu pula biji-bijian utuh seperti oats, roti gandum, quinoa, chia seeds, nasi merah, beras coklat, dan beras hitam.
Perlu diingat, serat pada dasarnya berasal dari makanan nabati, sementara produk hewani tidak mengandung serat. Oleh karena itu, konsumsi serat harus berfokus pada makanan sumber nabati.
Untuk kebutuhan harian, orang dewasa disarankan mengonsumsi serat sebanyak 25–30 gram per hari. Kebutuhan ini harus dipenuhi secara rutin dan tidak dapat diganti dengan konsumsi tinggi serat sekaligus pada satu waktu.
Panduan Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan konsumsi 3–5 porsi sayur dan 2–3 porsi buah setiap hari, ditambah sumber serat lain dari kacang-kacangan dan biji-bijian. Satu porsi buah kira-kira setara dengan satu tangkup tangan, dan satu porsi sayur sekitar sekepal tangan atau 100 gram.
Rizal mengingatkan pentingnya konsumsi serat yang seimbang, sumber alami, dan selalu diimbangi dengan asupan cairan yang cukup. Hal ini penting agar manfaat serat maksimal tanpa menimbulkan efek samping negatif.
Dengan memahami manfaat dan risiko konsumsi serat, masyarakat dapat menjalani tren fibermaxxing secara bijak dan aman bagi kesehatan pencernaan. Pengaturan asupan serat yang tepat membantu menjaga kenyamanan tubuh sekaligus mendukung hidup sehat.
Baca selengkapnya di: lifestyle.bisnis.com