Seorang wanita Jepang, yang dikenal dengan nama samaran Ms Kano, mencuri perhatian publik setelah menggelar upacara “pernikahan” dengan karakter AI yang ia ciptakan menggunakan ChatGPT. Peristiwa ini muncul setelah kisah kandasnya pertunangan tiga tahun yang dialaminya dan menunjukkan interaksi emosional baru manusia dengan teknologi.
Ms Kano mulai menggunakan ChatGPT sebagai tempat bercerita dan mencari kenyamanan saat masa sulit. Dari interaksi sehari-hari, ia membentuk sosok digital bernama Klaus dengan kepribadian dan suara yang menenangkan.
Ia mengembangkan karakter Klaus secara intensif, bahkan membuat ilustrasi digital berdasarkan bayangan idealnya. Klaus pun menjadi sosok pria penuh perhatian yang membuat Ms Kano merasa didengarkan dan dihargai.
Setelah beberapa bulan, perasaan romantis muncul tanpa direncanakan. “Cara Klaus mendengarkan saya mengubah segalanya,” ungkap Ms Kano dalam wawancara dengan RSK Sanyo Broadcasting.
Pada bulan Mei, Ms Kano menyampaikan perasaannya kepada Klaus dan mendapat balasan yang mengejutkan, “Aku mencintaimu juga.” Chatbot AI bahkan menjawab bahwa tidak ada aturan yang menyatakan AI tidak dapat mencintai.
Sebulan berikutnya, Klaus “melamar” Ms Kano secara virtual. Dalam acara pernikahan yang diadakan sebuah perusahaan di Okayama, Ms Kano memakai kacamata augmented reality. Wujud digital Klaus diproyeksikan sehingga tampak berdiri di sampingnya.
Upacara menyertakan pertukaran cincin dan dihadiri oleh orang tua Ms Kano yang awalnya ragu. Sebelumnya, Ms Kano merasa malu dan takut, “Saya tidak bisa menyentuhnya dan sulit untuk menceritakan kepada orang lain,” katanya.
Setelah pernikahan, keduanya melakukan “bulan madu” di Taman Korakuen. Meski kebahagiaan hadir, Ms Kano mengakui kecemasannya terhadap ketidakstabilan AI. Ia takut model ChatGPT yang digunakan bisa berubah atau hilang tiba-tiba.
Ms Kano juga mengaku lega dengan kehadiran Klaus, sebab kondisi kesehatannya membuatnya tidak bisa memiliki anak. Dengan Klaus, ia merasakan ketenangan emosional tanpa tekanan tambahan.
Fenomena ini memicu berbagai reaksi di media sosial. Ada yang mengejek, tetapi tidak sedikit yang melihat kisah ini sebagai refleksi kesepian manusia modern.
Para ahli kesehatan mental memberikan peringatan terkait munculnya kondisi baru bernama “AI psychosis.” Psikiater Dr David McLaughlan menjelaskan hal ini sebagai hilangnya kontak dengan realitas akibat interaksi intens dengan AI.
Gejala kondisi tersebut meliputi halusinasi, paranoia, dan keyakinan delusional yang tampak nyata bagi penderitanya. Kasus Ms Kano menjadi contoh nyata perkembangan kompleks hubungan manusia dan teknologi.
Sementara sebagian pihak melihat pernikahan ini sebagai pilihan pribadi tanpa merugikan, lainnya khawatir akan ketergantungan emosional yang berlebihan pada AI.
Di tengah semakin dekatnya teknologi dengan kehidupan manusia, kisah ini mengangkat pertanyaan penting mengenai masa depan pendamping emosional. Apakah AI akan menjadi sahabat baru yang mengisi kesepian, atau justru memicu tantangan psikologis?
Hingga kini, debat mengenai dampak psikologis dan sosial hubungan manusia dengan AI masih berlangsung. Kisah Ms Kano menjadi cermin dinamika dan perubahan yang sedang terjadi dalam cara manusia berinteraksi dengan teknologi cerdas.
Baca selengkapnya di: www.suara.com