Negara Ini Reduksi Target Besar dalam Proyek Stasiun Antariksa Baru Mereka

Rencana Rusia untuk membangun stasiun luar angkasa pengganti setelah International Space Station (ISS) ditutup pada tahun 2030 mengalami perubahan signifikan. Awalnya, Rusia berencana menempatkan stasiun orbital masa depan pada orbit polar dengan kemiringan tinggi untuk mengamati wilayah Arktik. Namun, kini mereka memilih untuk tetap menggunakan orbit serupa ISS dengan kemiringan 51,6 derajat seperti stasiun Mir era Soviet hampir 40 tahun lalu.

Keputusan ini bukan sekadar perubahan biasa, melainkan akan menentukan arsitektur program antariksa Rusia selama beberapa dekade mendatang. Pilihan orbit baru berdampak pada jenis modul yang akan digunakan, roket peluncur, pelabuhan antariksa, serta struktur ekonomi ruang angkasa negara tersebut. Pihak Roscosmos belum memberikan komentar resmi terkait perubahan ini.

Langkah Menuju Kerja Sama dengan India

Direktur umum Roscosmos, Dmitry Bakanov, menyinggung bahwa perubahan ini menjadi langkah awal kerja sama ruang angkasa dengan India. India sendiri tengah mengembangkan Bharatiya Antariksh Station yang dijadwalkan meluncur pada tahun 2028. Roscosmos dan India sedang bernegosiasi agar kedua stasiun berada pada bidang orbit yang sama. Meskipun demikian, para ahli menilai kecocokan orbit dengan India lebih bersifat retorika dan alasan ekonomi serta politik lebih dominan.

Menurut Dmitry Payson, anggota International Academy of Astronautics, memilih orbit yang sama dengan ISS jauh lebih murah dan praktis dibandingkan menggunakan orbit polar. Orbit tradisional memungkinkan Rusia memanfaatkan desain dan teknologi lama dari ISS serta pesawat Soyuz yang sudah ada. Dengan demikian, konsep arsitektur stasiun baru justru tampak seperti kembali ke desain lama Mir, bukan terobosan baru.

Kendala Orbit Polar dan Modul NEM

Orbit polar yang melewati kutub utara dan selatan sangat jarang digunakan dalam penerbangan berawak. Hingga kini, satu-satunya misi berawak ke orbit polar adalah penerbangan privat Fram2 menggunakan kapsul SpaceX Dragon yang dilakukan tahun 2025. Pada tahun 2014, kepala Roscosmos saat itu, Oleg Ostapenko, pernah menyebut kemungkinan stasiun dengan orbit tinggi untuk memudahkan pengamatan Rusia sekaligus membuka jalur menuju misi bulan.

Namun rencana tersebut mengalami kemunduran, terutama karena pemilihan modul utama yaitu Science Power Module (NEM) yang sudah ada sejak lama. Modul NEM sebenarnya dirancang untuk meningkatkan pasokan listrik pada segmen Rusia di ISS tapi belum selesai dan belum lengkap untuk menjadi pusat kendali stasiun mandiri. Modul ini tidak dilengkapi gyro untuk pengendalian sikap dan hanya memiliki satu port dok, sehingga tidak bisa mengakomodasi pesawat kargo saat awak berada di dalam.

NEM juga memerlukan modifikasi besar untuk bisa digunakan sebagai tempat tinggal dan pusat kendali, termasuk penambahan fasilitas dasar seperti toilet dan sistem komputer utama. Selain itu, rencana peluncuran modul ke orbit polar menggunakan roket Angara-A5M dari Kosmodrom Vostochny juga mengalami hambatan karena fasilitas peluncuran belum lengkap.

Strategi Baru dan Proses Pembangunan

Perpindahan ke orbit 51,6 derajat memecahkan banyak hambatan tersebut. Rusia bisa memulai dengan modul MLM Nauka yang sudah berada di orbit dan siap digunakan oleh awak. Peluncuran awak juga bisa dilakukan menggunakan pesawat Soyuz dari Baikonur, sehingga tak perlu mengandalkan fasilitas baru di Vostochny. Modul NEM akan tetap berperan sebagai modul bantuan sains dan tenaga, diluncurkan menggunakan roket Proton-M yang lebih andal.

Rencana peluncuran dan perakitan stasiun Rusia (ROS) dipaparkan dalam dokumen internal RKK Energia. Berikut urutan perkembangan utama:

  1. Modul penghubung UM dari Nauka akan dikendalikan untuk melakukan deorbit.
  2. Pada akhir 2028, modul penghubung Universal Node Module (UUM) peluncuran dari Baikonur akan dipasang pada Nauka.
  3. ISS secara bertahap menurunkan orbitnya menuju jatuh ke Samudra Pasifik.
  4. Tahun 2029, modul NEM diluncurkan dan terpasang di port bawah UUM.
  5. Tahun 2030, modul airlock ShM menyusul dipasang di port samping.

Setelah semua terpasang, ROS akan memisahkan diri dari ISS yang berfungsi sebagai pangkalan pembangunan. Stasiun baru ini akan terbang secara mandiri dengan pengendalian sikap dan orbit dibantu oleh dua kapal kargo Progress yang telah dimodifikasi khusus.

Tantangan Operasi Mandiri ROS

Meskipun rencana ini lebih praktis, ROS masih perlu banyak perbaikan agar berfungsi sebagai stasiun luar angkasa mandiri. Modul Nauka yang baru diluncurkan pada 2021 sudah memerlukan perbaikan, seperti memperbaiki sistem pendinginan yang bocor. Seluruh pekerjaan harus selesai sebelum pertengahan 2030, saat ISS mulai melakukan penurunan orbit drastis.

Menurut analis militer dan antariksa Pavel Luzin, Rusia kemungkinan akan menghadapi periode jeda dalam program penerbangan berawak setelah ISS pensiun. Upaya mengundang mitra untuk bergabung di proyek ROS masih belum terlihat kemajuan konkret. Hal ini memperkuat kesan bahwa ambisi Rusia untuk stasiun baru lebih terkendali dan konservatif dibanding rencana awal yang lebih ambisius.

Exit mobile version