Fenomena gelombang swell menjadi sorotan utama setelah tragedi tenggelamnya KM Putri Sakinah di perairan Pulau Padar, yang menyebabkan kehilangan nyawa beberapa penumpang. Gelombang ini berbeda dari gelombang laut biasa karena berasal dari sistem cuaca yang jauh, membawa potensi bahaya tersembunyi meskipun kondisi cuaca saat kejadian tampak tenang.
Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Seran, menjelaskan bahwa swell adalah gelombang permukaan laut yang terbentuk oleh tekanan angin dari jarak ribuan kilometer. Energi besar yang dibawa swell ini menyebabkan gelombang memiliki periode panjang dan tampak seragam, namun kekuatannya meningkat drastis saat memasuki perairan dangkal seperti di kawasan Taman Nasional Komodo.
Karakteristik Gelombang Swell
- Gelombang swell berasal dari badai atau angin jauh, bukan lokal.
- Muncul saat angin lokal sedang tenang sehingga sering tidak terdeteksi oleh kapal.
- Memiliki jarak antar puncak gelombang yang panjang dan energi besar.
- Daya rusak meningkat ketika gelombang memasuki perairan dangkal.
Kondisi tersebut mengakibatkan swell melambat dan memendekkan panjang gelombang sehingga ketinggian gelombang bertambah drastis. Proses ini dikenal sebagai efek shoaling yang dapat menciptakan dinding air raksasa yang berbahaya bagi kapal kecil seperti KM Putri Sakinah.
Dampak dan Ancaman pada Kapal Kecil
Swell tidak hanya menyebabkan gelombang tinggi secara tiba-tiba, tetapi juga berpotensi menimbulkan resonansi dengan waktu olengan kapal. Jika periode gelombang cocok dengan frekuensi ayunan alami kapal, maka olengan akan semakin besar. Hal ini dapat menyebabkan kapal kehilangan keseimbangan dan terbalik, fenomena yang dikenal dengan istilah capsizing.
Menurut laporan BMKG dan Basarnas, saat kejadian kecelakaan cuaca dan angin sekitar lokasi memang terpantau normal. Namun, gelombang swell tetap mampu menghantam dengan kekuatan mematikan tanpa peringatan visual dari perubahan cuaca yang biasa.
Pentingnya Kewaspadaan dan Informasi Cuaca Maritim
Kejadian ini menegaskan pentingnya informasi cuaca maritim yang akurat dan pemahaman terhadap fenomena swell bagi para pelaut dan operator kapal wisata. Pengawasan intensif oleh BMKG dan KSOP perlu diperkuat untuk memberikan peringatan dini agar risiko kecelakaan laut dapat diminimalkan.
Mengantisipasi swell, operator kapal harus mempertimbangkan kondisi gelombang dari lokasi jauh terutama saat memasuki perairan dangkal dan sempit. Menjaga ukuran kapal sesuai dengan kemampuan menghadapi swell serta mengetahui periode gelombang secara real-time dapat menjadi langkah mitigasi kritis.
Fenomena gelombang swell menunjukkan bahwa ancaman di laut tidak selalu terlihat jelas melalui kondisi cuaca permukaan. Kesadaran akan karakteristik gelombang ini sangat penting untuk meningkatkan keselamatan pelayaran, terutama di perairan kepulauan Indonesia yang rentan terhadap kejadian serupa.
Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com