Harga minyak mentah dunia pada Jumat, 19 Desember 2025, mengalami kenaikan tipis. Minyak Brent naik sebesar 14 sen atau 0,2% menjadi US$ 59,82 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) bertambah 21 sen atau 0,4% ke posisi US$ 56,15 per barel.
Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran investor atas risiko pasokan minyak global. Salah satu penyebabnya adalah blokade kapal tanker minyak Venezuela yang dapat menghambat ekspor minyak dari negara tersebut.
Dampak Blokade Kapal Tanker Venezuela
Blokade yang berlangsung membuat sekitar 600.000 barel per hari ekspor minyak Venezuela terancam tidak dapat dikirim. Sebagian besar minyak tersebut biasanya diekspor ke China. Namun, ekspor sekitar 160.000 barel per hari ke Amerika Serikat diperkirakan masih berjalan dengan otorisasi Chevron yang diperbolehkan mengirim kapal tanker menuju AS.
Menurut Senior Vice President BOK Financial Dennis Kissler, jika blokade ini berlanjut, produksi minyak di Venezuela bisa terhenti karena tidak ada tujuan pengiriman. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan ketegangan pasokan di pasar minyak global.
Ketegangan Politik Rusia dan Sanksi yang Berpotensi Diperketat
Selain blokade kapal tanker Venezuela, sentimen pasar dipengaruhi oleh ketidakpastian terkait perang antara Rusia dan Ukraina. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebutkan pembicaraan damai mulai menunjukkan hasil positif. Namun, AS menyiapkan sanksi tambahan terhadap sektor energi Rusia jika Moskow menolak kesepakatan damai.
Kissler menyatakan, jika kesepakatan Rusia-Ukraina tidak tercapai, serangan militer terhadap Rusia kemungkinan meningkat. Hal ini akan semakin memperketat pasokan minyak dunia. Situasi seperti ini membuat harga minyak saat ini dinilai masih undervalued atau kurang mencerminkan risiko pasokan yang ada.
Respons dan Sanksi Internasional Terhadap Minyak Rusia
Inggris juga menerapkan sanksi terhadap 24 individu dan entitas, termasuk perusahaan minyak Rusia Tatneft dan Russneft. Upaya pembatasan ini dimaksudkan untuk menekan kemampuan ekspor minyak Rusia guna mempengaruhi jalannya konflik di Ukraina. Analis dari ING menilai risiko pasokan akibat sanksi terhadap minyak Rusia lebih berdampak besar daripada blokade kapal tanker Venezuela.
Proyeksi Produksi Minyak Amerika Serikat
Bank of America memprediksi harga minyak yang relatif rendah dapat menurunkan produksi minyak serpih Amerika Serikat. Jika harga WTI rata-rata berada di angka US$ 57 per barel sepanjang 2026, produksi minyak serpih AS diperkirakan turun sekitar 70.000 barel per hari.
Penurunan produksi terjadi karena harga minyak yang rendah membuat aktivitas eksplorasi dan produksi menjadi kurang menguntungkan. Kondisi ini bisa berkontribusi pada ketidakseimbangan pasokan dan permintaan di pasar minyak global.
Informasi Tambahan untuk Pemantauan Harga Minyak
Berikut ini rangkuman informasi penting terkait harga minyak dan faktor yang memengaruhi pergerakannya:
- Harga minyak Brent naik 14 sen menjadi US$ 59,82 per barel.
- Harga minyak WTI naik 21 sen ke US$ 56,15 per barel.
- Blokade kapal tanker minyak Venezuela mengancam pasokan sekitar 600.000 barel per hari.
- Amerika Serikat dan Inggris memberlakukan sanksi tambahan terhadap sektor energi Rusia.
- Potensi penurunan produksi minyak serpih AS sebesar 70.000 barel per hari jika harga minyak rendah terus berlanjut.
Pergerakan harga minyak dunia sangat dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik dan kondisi pasokan global. Investor perlu terus memantau situasi sanksi terhadap Rusia serta evolusi blokade kapal tanker Venezuela sebagai faktor utama yang berpotensi mendorong fluktuasi harga minyak selanjutnya.
Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com